Medan, 30 Januari 2015
LAPORAN
ANALISA TANAH, AIR DAN TANAMAN
(Kebun
Percontohan Porlak Simalingkar B, Medan Tuntungan)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 1:
RIZAL
PILTRANS SILABAN (11710001)
HARRIS
TAMBUNAN (11710005)
EDUARD
PANGIHUTAN HUTABARAT (11710009)
JERNITA
JULELA PARAPAT (11710026)
SUSI
SURYANI SIMAMORA (11710030)
PATAR
YOHANES SIHOTANG (11710402)
DOSEN
PENGASUH
(Ir.
Yanto Tampubolon, MS)
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2015
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Analisis tanah
atau pengujian tanah adalah
aktivitas menganalisa
sampel tanah
untuk mengetahui kondisi dan karakteristik tanah, seperti nutrien,
kontaminasi,
komposisi,
keasaman,
dan sebagainya. Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap
aktivitas pertanian dan jenis tanaman yang ditanam. Keberadaan mineral tertentu
yang berlebih dapat menyebabkan keracunan bagi tumbuhan, namun tumbuhan jenis
lain mungkin dapat bertahan. Berbagai lembaga pengujian tanah dapat memiliki
standar sendiri mengenai berapa sampel yang dibutuhkan per luas area. Air yang
digunakan sebagai irigasi
lahan setempat dapat diuji secara terpisah karena kandungan mineral yang
dikandung oleh air tersebut mempengaruhi kondisi tanah. Kondisi nutrisi tanah
dapat bervariasi seiring waktu dan kedalaman, sehingga waktu pengambilan sample
dan kedalaman sampel akan mempengaruhi hasil pengujian. Berbagai mineral yang
biasanya menjadi kontaminan tanah
yaitu arsenik,
barium,
kadmium,
tembaga,
raksa,
timbal,
dan seng.
Beberapa nutrisi mikro seperti tembaga diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah
kecil, namun jika berlebihan akan menjadi racun bagi tanaman. Timbal merupakan
kontaminan tanah yang sangat berbahaya jika diserap oleh tumbuhan karena dapat
membahayakan kesehatan ibu hamil dan anak-anak.
Untuk
analisa jaringan tanaman, contoh yang berasal dari lapangan sebelum dianalisis
terlebih dahulu dicuci dengan air bebas ion untuk menghilangkan debu-debu dan
kotoran lainnya yang dapat memberikan kesalahan pada hasil analisis. Contoh
tanaman tersebut secepatnya dikeringkan dalam oven berkipas, bila perlu
sebelumnya dipotong-potong agar pengeringan lebih cepat dan oven diset pada
suhu 70oC. Contoh yang telah kering digiling dengan kehalusan 0,5 mm
dan contoh tanaman tersebut siap untuk analisis kimia
Analisis
jaringan daun yang diperoleh dari laboratorium akan mempunyai arti apabila
telah dikalibrasikan dengan produksi tanaman yang dapat dipasarkan. Studi untuk
memberikan nilai agronomi terhadap hasil analisis jaringan daun dikenal dengan
nama uji kalibrasi. Uji ini menentukan hubungan antara nilai analisis jaringan
daun dengan respon tanaman di lapangan. Dengan menggunakan model regresi
data-data dari analisis jaringan daun dapat diinterpretasikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan model regresi yang sesuai untuk menenentukan status
hara nitrogen pada tanaman manggis. Sehingga data analisis jaringan daun dapat
di interpretasikan apakah status hara nitrogen rendah, sedang atau tinggi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model regresi yang terbaik antara konsentrasi
N daun umur 5 bulan dengan produksi adalah kuadratik. Berdasarkan model
kuadratik konsentrasi N daun <0,99% statusnya adalah sangat rendah,
0,99%-1,35% rendah, 1,35-2,10% adalah sedang, 2,10% adalah tinggi, dan
>2,10% adalah sangat tinggi. Untuk menaikkan konsentrasi N daun dari status
sangat rendah menjadi status sedang dibutuhkan pupuk N sebesar 3017-7017
g/tanaman/tahun pada tahun pertama. Untuk tahun kedua, diperlukan N sekitar
2032- 4698 g/tanaman/tahun.
Analisa air termasuk ke dalam bagian kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu zat dalam
campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah prinsip
titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara umum
termasuk ke dalam analisa volumetrik. Air merupakan sumber daya alam yang
mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya
serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat
penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau komponen
lainnya.
Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemar air
kebanyakan berasal dari:
- Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan sebagainya.
- Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya).
Semua bahan pencemar diatas
secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai
usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat
dihindari atau setidaknya diminimalkan. Apabila
kandungan zat-zat kimia terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut
dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua
makhluk sekitarnya. Dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun
rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada
akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air
untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air
sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya
dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum (Agus, 2010).
1.2
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum Analisa tanah, air dan tanaman yang dipraktikumkan
sebagai berikut:
§ Untuk
mengetahui cara-cara yang baik dan benardalam melakukan analisa tanah di 3
lokasi tanah yang berbeda.
§ Untuk
mengetahui cara pengambilan sampel dalam analisa jaringan tanaman pada tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis L.).
§ Untuk
mengetahui cara-cara yang baik dan benar dalam pengambilan
sampel air untuk analisa air pengairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Tanah
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis
kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji
tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang
dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah.
Contoh
tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun
tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat
pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas
lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada
kondisi basah.
Secara
umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan.
Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit
sekali dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh
tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.
2.2 Analisa Air
Pengambilan
sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung pelaksanaan yang
optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap awal yang dilakukan
dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil pekerjaan pada
berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance
(QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil
sampel sebelum ke lapangan adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen yang
membantu dalam setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan sistematik.
Untuk
mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel yang
representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif
sekitarnya. Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian
dapat menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya.
Pengambilan
sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena sampel
merupakan cerminan dan populasi yang ada. Metode pengambilan sampel menggunakan
metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
(Singarimbun, et al 1989, dalam tesis Azwir 2006).
Beberapa
hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah
§
Menentukan tujuan pengambilan
sampel;
§
Menentukan alat pengambil sampel
yang sesuai;
§
Menentukan apakah pengambilan
sampel harus sesuai dengan standar atau peraturan tertentu;
§
Menentukan metode analisis;
§
Pemilihan teknik sampling dan
menetukan apakah sampling dilakukan secara random atau acak;
§
Menentukan jumlah, volume dan
jenis wadah sampel
§
Menentukan waktu, lokasi sampling
dan jenis sampel
§
Menentukan frekuensi sampling
§
Menyiapkan pengendalian mutu
§
Menyiapkan dokumentasi (daftar
periksa persiapan pengambilan sampel, formulir rekaman dat pengambilan sampel,
laporan pengambilan sampel).
2.3 Analisa Jaringan Tanaman
analisisi
tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status hara tanaman sangat di tentukan
oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis bagian tanaman tanaman. cara serta
langkah yang tepat dalam melakukan dalam melakukan hal-hal di atas akan
menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang salah dan tidak dapat
dipercaya.
Tujuan
dan metode analisis tanaman
Berikut
akan dijelaskan mengenai tiga jenis analisi tanaman;
§
Analisis diagnostic, analisis ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab terganggunya aktivitas tubuh tanaman.
selain itu juga untuk mengkonfirmasi hasil hasil diagnose yang didapat dari
analisis tanah dan gejalan yang ditunjukkan oleh tanaman.
§
Monitoring, analisis dilakukan
untuk menilai kecukupan dari pemupukan serta pengaruh dari pengelolaan yang
dilakuan. Analisi ini dapat digunakan untuk menghubungkan status hara tanaman
pada tahun-tahun berikutnya dan menentukan jumlah pemupukan yang dapat
diberikan berdasarkan trend komposisi kimia tanaman.
§
Uji prediksi atau Prognostig,
dapat dilakukan digan tiga cara.
a.
Analis dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa
dewasa (pertumbuhan optimal) tercapai.
b.
Analisi buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu
dilakukan pada saat penyimpanan.
c.
Analisis benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih
dapat di toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas
akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara
jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.
BAB III
BAHAN DAN
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
praktikum ini dilakukan pada bulan oktober sampai desember 2014 yang dilakukan
di kebun percontohan porlak simalingkar B, medan tuntungan. Praktikum dilakukan
pada jam 15.00-18.00 wib disesuaikan dengan kondisi praktikum dan keadaan
tempat.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Analisa
Tanah
Adapun
alat yang digunakan pada analisa tanah adalah sebagai berikut cangkul, alat
tulis, parang, cangkul kecil, kompas dan lain-lain. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah kertas label, tanah, dan plastic gula.
3.2.2 Analisa
Air Pengairan
Adapun
alat yang digunakan pada analisa air adalah sebagai berikut jerigen putih, tali
pancing, bola pimpong, permen karet, tali plastik alat tulis dan lain-lain.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air sungai.
3.2.3 Analisa
Air Tanaman
Adapun
alat yang digunakan pada analisa air adalah sebagai berikut egrek, dodos, pisau
lipat (cutter), kertas amplop alat tulis, oven dan lain-lain. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah kertas label, tanah, dan air, kertas tisu atau kapas dan
lain-lain.
3.3 Metode Percobaan
3.3.1 Analisa
Tanah
Cara mengambil contoh tanah komposit dapat
dilakukan sebagai berikut :
- Menentukan tempat pengambilan contoh tanah individu, terdapat dua cara yaitu (1) cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan (2) cara acak (gambar 1).
- Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organic segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
- Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
- Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, contoh tanah individu diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)
- Contoh- contoh tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (contoh tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastic dan dimasukkan diantara plastikpembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor contoh tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika contoh tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi contoh.
- Informasi tambahan yang dibutuhkan antara lain penggunaan lahan ; penggunaan pupuk, kapur, bahan organik;waktu terakhir penggunaan pupuk, kapur atau bahan organic; kemiringan lahan; posisi/ letak pada lereng (bagian atas tengah atau bawah); bentuk lereng (rata, cembung, atau cekung); bentuk wilayah (datar, berombak, bergelombang atau berbukit); keadaan pertanaman; tanaman terakhir atau sebelumnya; hasil yang telah dicapai dan yang diinginkan. Seluruh informasi lokasi pengambilan contoh tanah dicatat dalam formulir isian yang berlaku.
2.3.2 Analisa
Air Pengairan
Adapun
prosedur kerja dalam pengambilan sampel air adalah:
§ Tentukan sungai yang akan di ambil sampel airnya
.
§ Deliniasi
di citra titik-titik daerah sungai yang akan di ambil sampelnya, hal ini untuk
mempermudah dan mempercepat proses pengambilan sampel air.
§ Datang
kelokasi sesuai dengan titik pengambilan sampel air sungai yang sudah di
deliniasi di citra, lokasi antar titik yang telah di tentukan adalah berjarak
200 meter antar titik pengambilan sampel.
§ Siapkan
botol air minum yang sudah di bersihkan, botol air minum harus di bersihkan hal
ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat cair dari bekas minuman, agar sampel
air nantinya tidak tercampur dengan zat-zat air minum.
§ Carilah
titik pengambilan sampel air, tempat yang tepat untuk di ambil sampelnya adalah
daerah tali arus (strem flow).
§ Saat
mengambil sampel usahakan botol berada di dalam air sepenuhnya isi sampai
penuh.
§ Saat air
sudah penuh tutup botol tersebut di dalam air juga, hal ini bertujuan untuk
menghindari ikut sertanya air kedalam botol. Dan usahakan tidak ada samasekali
gelembung udara maupun kandungan udara di dalam botol agar tidak merusak kandungan
zat yang ada di sampel tersebut.
§ Setelah
selesai simpan botol dengan aman, pengetesan sampel sebaiknya kurang dari 24
jam setelah pengambilanya dari sungai, hal ini bertujuan untuk menghindari
reaksi-reaksi yang mungkin bisa terjadi jika air dibiarkan di dalam botol dalam
jangka waktu yang lama.
2.3.3 Analisa
Jaringan Tanaman
Adapun
prosedur kerja dalam pengambilan sampel analisa jaringan tanaman adalah sebagai
berikut:
§
Temukan nomor daun yang akan
diambil.
§
Potong pelepahnya ( bila masih
dapat dijangkau pelepah tidak perlu dipotong cukup dikait saja).
§
Ambil 4 anak daun dari titik
ujung yang datar pada posisi tengah pelepah yang biasanya ditandai dengan
adanya duri (ekor kadal), jumlah anak daun yang diambil pada posisi tersebut
adalah 2 kiri dan 2 kanan.
§
Buang atau potong 1/3 bagian
pangkal dan ujung anak daun, dan yang dipakai adalah 1/3 bagian tengah ± 20 cm.
§
Kemudian dibelah dengan membuang
lidinya dan posisi helai anak daun di kiri diletakkan di kiri dan yang kanan di
kanan sehingga dari masing-masing LSU akan diperoleh 2 kumpulan contoh daun
yang sama jumlah dan pembagiannya.
§
Masukkan kedalam kantong atau
amplop yang telah disediakan dan diberi kode (nomor daun, tahun tanam, nomor
blok, serta tanggal pengambilan contoh daun).
§
Lakukan kembali seperti tahap
awal pada pohon contoh selanjutnya hingga seluruh pohon contoh. Jumlah anak
daun yang terkumpul sekitar 160 lembar dari 40 pohon contoh.
§
Selain pengambilan pohon contoh
kita juga harus mengamati keadaan tanaman dan lahan sebagai data tambahan tentang
kondisi tanaman maupun lahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1
Analisa
Tanah (Pengambilan Tanah Komposit)
Hal- hal yang perlu diperhatikan
yaitu; Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/
jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih
dari rumput- rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan
atau kerikil. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak
berkarat. Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah
dipakai untuk keperluan lain.
Cara mengambil contoh tanah komposit dapat dilakukan sebagai berikut :
- Menentukan tempat pengambilan contoh tanah individu, terdapat dua cara yaitu (1) cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan (2) cara acak (gambar 1).
- Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organic segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
- Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
- Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, contoh tanah individu diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)
- Contoh- contoh tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (contoh tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastic dan dimasukkan diantara plastikpembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor contoh tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika contoh tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi contoh.
- Informasi tambahan yang dibutuhkan antara lain penggunaan lahan ; penggunaan pupuk, kapur, bahan organik;waktu terakhir penggunaan pupuk, kapur atau bahan organic; kemiringan lahan; posisi/ letak pada lereng (bagian atas tengah atau bawah); bentuk lereng (rata, cembung, atau cekung); bentuk wilayah (datar, berombak, bergelombang atau berbukit); keadaan pertanaman; tanaman terakhir atau sebelumnya; hasil yang telah dicapai dan yang diinginkan. Seluruh informasi lokasi pengambilan contoh tanah dicatat dalam formulir isian yang berlaku.
4.2
Analisa
Air Pengairan
Agar
diperoleh hasil analisa yang sesuai dengan keadaan sebenernya diperlukan sampel
yang representative yaitu sampel yang mewakili air atau badan air yang akan
diperiksa kualitasnya. Sampel air yang representative dapat diperoleh dengan
mencampur sampel yang diambil dari periode waktu tertentu atau dari beberapa
titik atau tempat pengambilan sampel yang berlainan.
1.
Jumlah Sampel Air
Untuk analisa atau pemeriksaan
kualitas sampel air secara fisika dan kimia termasuk pemeriksaan kadar klorida
diperlukan sampel sebanyak 2-5 liter. Sampel air yang akan digunakan guna
analisa atau pemeriksaan kimia harus memenuhi persyaratan-persyaratan, salah
satunya cara pengambilan sampel air.
3.
Selang Antara Waktu Pengambilan
Sampel Air dan Analisa
Makin
pendek selang waktu antara pengambilan sampel air dan analisa atau pemeriksaan,
akan memberikan hasil makin baik. Beberapa unsur dan sifat fisika dikehendaki
analisa di lapangan, karena susunan sampel air akan berubah setibanya di
laboratorium.
Batas waktu maksimum untuk
menunda pemeriksaan sampel air yang akan dianalisa atau akan diperiksa:
§
Air bersih selama 72 jam
§
Air yang sedikit tercemar selama
48 jam
§
Air kotor atau air limbah selama
12 jam
Selang waktu tersebut hendaknya
dicantumkan dalam laporan hasil laboratorium. Jika sampel air diawetkan dengan
penambahan asam atau pembunuh jasad renik maka selang waktunya dapat
diperpanjang.
Beberapa unsur dapat mengalami
perubahan pada waktu penyimpanan sampel air. Kation-kation tertentu akan hilang
Karena adsorpsi atau pertukaran ion oleh dinding wadah sampel dari gelas. Maka
sampel air untuk analisa atau pemeriksaan kation-kation alumunium, cadmium,
kromium, tambaga, besi, timbal, mangan, perak, dan seng perlu dipisahkan dalam
botol yang bersih dan diasamkan dengan asam klotida pekat atau asam nitrat
sampai pH skitar 3,5 untuk mencegah pengendapan atau adsorpsi oleh dindin
gwadah sampel air.
Suhu dan pH dapat berubah dengan
cepat antara pH-kebasaan-karbondioksida akan mengendapkan kalium karbonat
sehingga menurunkan kadar kalsium dan kesadahan. Senyawa besi dan mangan akan
larut dalam valensi rendah (tereduksi) dan merupakan senyawa yang tidak larut
pada valensi tinggi (teroksidasi), oleh karenanya kation-kation ini dapat larut
atau mengendap tergantung pada potensial reaksi sampel tersebut.
Kegiatan jasad renik dapat
merubah keseimbangan nitrit-nitritamonia, menurunkan kadar fenol dan BOD atau
mereduksi sulfat enjadi sulfide. Sisa klor akan direduksi menjadi klorida,
sulfit, ferro, iodide dan sianida akan hilang karena pengaruh oksidasi. Warna,
baud an kekeruhan akan bertambah atau berkurang. Natrium silikat dan boron
dapat larut dari gelas wadah sampel. Krom valensi 6 dapat tereduksi menjadi
valensi 3.
3. Sampel Air yang
Representatif
Untuk mendapatkan hasil analisa
atau hasil pemeriksaan sampel air yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
pengambilan sampel harus dilakukan sebaik-baiknya dan dicegah kemungkinan
kontaminasi atau perubahan selama dibawa ke laboratorim. Sebelum diisi, botol
diblas 2-3 kali dengan air yang akan diperiksa. Faktor penting yang
mempengaruhi hasi analisa atau pemeriksaan sampel air adalah kekeruhan,
sehingga kekeruhan ini harus dihilangkan. Juga akan terjadi perubahan fisika
dan kimia selama penyimpanan dan kena udara. Tiap sampel air yang keruh harus
diperlakukan tersendiri tergantung unsur yang akan ditetapkan, banyaknya dan
sifat kekeruhan dan lain-lain keadaan yang akan memperngaruhi hasilnya. Umumnya
bahan tersuspensi dipisahkan dengan cara dekantasi, pemusingan atau
penyaringan.kadang-kadang perlu dinyatakan bahwa analisa dilakukan dengan atau
tanpa penyaringan.
Tiap sampel harus diberi keterangan
yang jelas dan tidak mudah hilang pada wadahnya. Keterangan memuat nama tempat
pengambilan, tanggal, waktu pengambilan, lokasi pengambilan, nama pengambil
sampel, suhu dan data-data lainnya yang diperlukan seperti cuaca, kedalaman,
aliran air dan lain-lain.
Untuk mengambil sampel air dari
sungai, danau, sumur, kolam renang dapat menggunakan wadah gelas isi 1 liter
yang di bagian bawahnya diperi pemberat dari timah hitam, dengan pegikat kawat
kuningan atau tembaga. Tidak boleh dpakai kawat ari besi karena mudah berkarat
sehingga udah putus dan karatnya akan mencemari air maupun sampel air.
Mulut botol harus cukup lebar,
sehingga dapat dimasuki sumbat karet (s) yang diberi dua buah lubang. Pada
lubang tersebut dimasukkan dua buah pipa plastik dengan garis tengah + 0,5 cm.
Sebuah pipa dimasukkan sampai dasar botol dan pipa lainnya hanya sampai dasar
sumbat, sedang ujungnya kira-kira 25 cm dari luar botol. Pipa kedua ini dapat
disambung dengan pipa plastik yang panjangnya disesuaikan dengan kedalaman pengambilan
sampel. Sebelumnya botol harus dibersihkan dahulu. Pada pengambilan pertama air
dibuang, untuk membilas botol pengamil. Pengambilan kedua dipergunakan untuk
membilas tempat samb]pel air yang akan dikirimkan ke laboratorium. Pengambilan
ketiga diisikan kedalam wadah yang akan dikirim ke laboratorium dengan cara
membalikkan botol pangambilan sampel air tadi, sehingga ujung pipa diluar
mengenai dasarnya. Hal ini untuk mencegah aerasi.
4. Pengawetan Sampel
Air
500 ml sampel air + 0,5 ml asam sulfat pakt (H2SO4)
untuk pemeriksaan logam-logam dan 250 ml sapel air + 3 tetes toluol untuk
pemeriksaan nitrat, nitrit dan amonia.
5. Pengiriman Sampel
Air
Masing-masing sampel dikirim kan ke laboratorium
harus ditempel suatu label yng memuat:
§
Tempat pengambilan contoh atau
sampel air
§
Kode sampel air
§
Lokasi yang tepat
§
Pemeriksaan yang akan diminta
§
Diambil oleh
§
Tangga dan waktu
4.3 Analisa Jaringan Tanaman
Pengambilan contoh daun (leaf
sampling unit – LSU) sangat penting peranannya dalam perkebunan kelapa sawit.
Ketepatan pengambilan sampel daun akan memberi dampak positif terhadap produksi
kelapa sawit. Pemahaman yang memadai tentang penentuan daun yang akan dijadikan
sampel sangat penting. Pembekalan pengatahuan yang memadai terhadap pelaksana
di lapangan akan memudahkan pekerjaan di lapangan.
Ketentuan-ketentuan penentuan
pelepah sampel yang diambil harus dipahami sebagai suatu pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian dan ketepatan, karena kesalahan penentuan daun akan
sangat mempengaruhi rekomandasi pemupukan. Untuk mengurangi kesalahan dalam
pengambilan daun dapat dilaksanakan setidaknya minimal oleh tiga orang pekerja,
dengan ketentuan orang pertama menentukan daun pertama dan menentukan
daun/pelepah dan orang kedua memotong pelepah setra orang ketiga bertugas memotong
daun. Jika terjadi kebingungan dapat dirundingkan oleh pelaksana dilapangan,
sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efisien.
Pemahaman berikutnya yang sangat
penting demi tercapainya tujuan pengambilan sampel daun adalah penanganan
sampel daun setelah diambil dari pokok. Penanganan tersebut meliputi pemotongan
daun agar seragam,pembersihan daun,kemudian pengeringan daun.
§
Anak daun yang sudah terkumpul
dalam 1 LSU dilanjutkan pembersihan dengan kapas dan aquadest.
§
Kemudian dimasukkan kedalam
amplop dengan diberi kode ( nama kebun, nomor daun, tahun tanam, tanggal
pengambilan, nomor blok ).
§
Pengeringan pada suhu 70-80o
C
§
Waktu dapat berkisar 12-24 jam
§
Daun yang sudah dikeringkan
dimasukkan kedalam kantong sambil menunggu semua contoh daun siap dikeringkan.
§
Siap semua contoh daun
dikeringkan akan dikirimkan ke laboratorium untuk dianalisa.
Menurut Von Uexkull (1991), kriteria kandungan
unsur hara dapat dirincikan seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hasil analisis daun batas kritis
konsentrasi nutrisi makro pada tanaman kelapa sawit.
Batas Kritis Konsentrasi
Nutrisi (Makro) pada Daun Kelapa Sawit
|
|||||
Umur Tanaman
|
Batas
|
Persentase (%)
|
|||
N
|
P
|
K
|
Mg
|
||
Tanaman Muda (dibawah 6 Thn)
|
Kekurangan
|
< 2.50
|
< 0.15
|
< 1.00
|
< 0.20
|
Optimal
|
2.0-2.90
|
0.1-0.19
|
1.10-1.30
|
0.30-0.45
|
|
Kelebihan
|
> 3.20
|
> 0.25
|
> 1.80
|
> 0.70
|
|
Tanaman Tua (diatas 6 Thn)
|
Kekurangan
|
< 2.30
|
< 0.14
|
< 1.80
|
< 0.20
|
Optimal
|
2.40-2.80
|
0.15-0.18
|
0.90-1.20
|
0.25-0.40
|
|
Kelebihan
|
> 3.00
|
> 0.60
|
> 1.60
|
> 0.70
|
Tabel 2. Hasil analisis daun batas kritis
konsentrasi nutrisi mikro pada tanaman kelapa sawit.
Batas Kritis Konsentrasi
Nutirisi (Mikro) Tanaman Kelapa Sawit
|
||||||
Umur Tanaman
|
Batas
|
Persentase (%)
|
ppm
|
|||
Ca
|
S
|
Cl
|
B
|
Cu
|
||
< 6 Tahun
|
Kekurangan
|
< 0.30
|
< 0.20
|
< 0.25
|
< 8
|
< 3
|
Optimal
|
0.50-0.70
|
0.25-0.40
|
0.50-0.70
|
15-25
|
15-20
|
|
Kelebihan
|
> 1.00
|
>0.60
|
> 1.00
|
> 35
|
> 15
|
|
> 6 Tahun
|
Kekurangan
|
< 0.25
|
< 0.20
|
< 0.25
|
< 8
|
< 3
|
Optimal
|
0.50-0.70
|
0.25-0.35
|
0.50-0.70
|
15-25
|
5-8.5
|
|
Kelebihan
|
> 1.00
|
>0.60
|
> 1.00
|
> 40
|
> 15
|
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat disampaikan dalam laporan praktikum analisa tanah, air
dan tanaman adalah sebagai berikut:
§ Dalam
analisa tanah, Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir
teras, tanah tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa
tanaman/ jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak.
§ Analisa
atau pemeriksaan kualitas sampel air secara fisika dan kimia termasuk pemeriksaan
kadar klorida diperlukan sampel sebanyak 2-5 liter. Sampel air yang akan
digunakan guna analisa atau pemeriksaan kimia harus memenuhi
persyaratan-persyaratan, salah satunya cara pengambilan sampel air.
§ Dalam
analisa jaringan tanaman, Pengambilan contoh daun (leaf sampling unit – LSU)
sangat penting peranannya dalam perkebunan kelapa sawit. Ketepatan pengambilan
sampel daun akan memberi dampak positif terhadap produksi kelapa sawit.
Pemahaman yang memadai tentang penentuan daun yang akan dijadikan sampel sangat
penting.
5.2 Saran
Adapun
saran yang dapat disampaikan dalam laporan prakikum analisa tanah, air
pengairan dan jaringan tanaman yaitu dalam pengambilan sampel tanah, air
pengairan maupun jaringan tanaman sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedurnya
dan sesuai waktu yang telah ditetapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, 2010, Tekhnik pengambilan
Agus,2 010,sampel aur, (http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-pengambilan-pemantauan-kualitas-air.pdf).
Diakses pada 25 Januari 2015
Anonimius, 2012, TEKNIK
PENGAMBILAN SAMPEL AIR, (online),
(http://dc195.4shared.com/doc/FcY99a5c/preview.html), Diakses pada 25 Januari
2015.
Anonimius, 2012, CARA
PENGAMBILAN SAMPEL AIR DAN LIMBAH CAIR, (online),(http://terasibakar.wordpress.com/2012/04/07/cara-pengambilan-sampel-air-dan-limlim-cair/).
Diakses pada 25 Januari 2015.
Anonimius, Tekhnik pengambilan
sampel air, (online), (http://www.scribd.com/doc/177102992/Teknik-Pengambilan-Sampel-Air-Sungai)
Diakses pada 25 Januari 2015.
Lukman Wawan, PENGAMBILAN DAN
PENGIRIMAN SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN KIMI, (online), (http://laboratoriumbpn.blogspot.com/2011/04/pengambilan-dan-pengiriman-sampel-air.html),
Diakses pada 25 Januari 2015.