ANALISIS
KUALITAS PELAYANAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PT. KERETA API
(Studi
Pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP 8 Surabaya)
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1
1.
RIZAL
PILTRANS SILABAN (11710001)
2.
PERLI
BANJAR NAHOR (11710007)
DOSEN
PENGASUH:
(Ir. HOTDEN NAINGGOLAN,
M.Si)
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2013
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberi
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas laporan responsi sosiologi pertanian
yang berjudul “Konsep Strategi Pemasaran Gula
Kristal Putih Produk Gulaku Berbahan Dasar Tebu (Saccharum officinarum, L).
Penulisan makalah ini sebagai salah
satu tugas mata kuliah Ekonomi Manajerial di Universitas HKBP Nommensen Medan,
Sumatra utara pada fakultas pertanian.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Albina Ginting, M.Si sebagai dosen pembimbing.
2.
Kakak-kakak senior fakultas
pertanian dan kawan-kawan yang dengan segala kerendahan hati telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari tingkat kesempurnaan, untuk itu masukan
dan saran dari berbagai pihak akan sangat membantu di dalam penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata kami berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Sumatera utara, oktober
2013
Tim Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ....... i
DAFTAR ISI
................................................................................................................... ii
BAB
I :
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1.
Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2.
Tujuan................................................................................................................ 2
1.3.
Manfaat.............................................................................................................. 3
BAB
II : TINJAUAN
PUSTAKA................................................................................. 4
2.1.
Pengertian Strategi Pemasaran........................................................................... 4
2.2. Jenis-Jenis Strategi Pemasaran........................................................................... 4
2.3. Strategi Pemasaran............................................................................................. 5
BAB
III : PROFIL
DAN STRATEGI PERUSAHAAN.............................................. 10
3.1. Profil Perusahaan................................................................................................ 10
3.2. Visi dan Misi Perusahaan................................................................................... 11
3.3. Strategi Perusahaan............................................................................................ 11
3.4. Analisa SWOT Pada Perusahaan....................................................................... 16
BAB
IV : PENUTUP...................................................................................................... 18
4.1.
Kesimpulan....................................................................................................... 18
4.2.
Saran................................................................................................................. 18
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Seiring dengan perkembangan pengetahuan, pendapatan,
diversifikasi pekerjaan dan tempat kerja masyarakat, maka tuntutan masyarakat
terhadap aneka ragam jasa juga meningkat. Untuk mereka yang bertempat tinggal
di kota-kota besar, kebutuhan akan jasa semakin meningkat, seperti kebutuhan
akan sarana angkutan, fast food café, dan sarana tempat hiburan akhir pekan.
Hal ini sejalan dengan dalil ekonomi, bahwa trend kebutuhan terhadap ragam dan
mutu jasa adalah searah dengan perkembangan kualitas hidup dan pendapatan
masyarakat. Adanya kecenderungan ini maka masyarakat akan lebih menuntut pelayanan
yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga mereka lebih teliti
dan kritis dalam memilih segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Sebagian besar sektor publik menyadari pentingnya kepuasan
konsumen dan mempunyai batasan anggaran (budget constraints) untuk pelayanan
konsumen. Meskipun terdapat kendala, pemimpin dalam organisasi sektor publik
harus secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan.
Hal ini juga dilakukan oleh PT. Kereta Api (Persero)
sebagai salah satu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bisnis jasa
angkutan darat. Kereta Api merupakan alternatif bagi problematika angkutan jalan
raya. Faktor obyektifnya adalah sejumlah keunggulan kompetitif yang dimiliki
oleh kereta api, antara lain : mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang
sangat besar, akses ke jantung kota, hemat bahan bakar, hemat lahan, rendah
polusi, regulated traffic, relatif aman/rendah kecelakaan, efesien penggunaan
lahan. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut PT. Kereta Api (Persero)
menjadikannya sebagai modal untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi masa depan
yang penuh persaingan. Meskipun dalam kenyataannya perusahaan tidak memiliki
pesaing dalam angkutan jalan rel, namun angkutan udara, bis dan travel
merupakan barang substitusi yang dapat dianggap sebagai pesaing karena berada
di pasar yang sama yaitu jasa. Hal ini juga tidak terlepas dari peran
pemerintah yang mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 1998 dan berlaku mulai 1 Juni 1999 yang merubah status
hukum Perumka menjadi PT. Kereta Api (Persero) (PT. Kereta Api Daop 8, 1999).
Dalam perkembangannya PT. Kereta Api (Persero) telah
menunjukkan kinerja yang semakin membaik, kualitas produk yang meningkat dengan
memperhatikan kenyamanan, ketepatan dengan resiko kemacetan yang relatif kecil.
Kecenderungan permintaan pasar terhadap kereta api penumpang kelas
komersial (eksekutif) terus meningkat
yang tampak pada tabel. Hal ini
merupakan peluang untuk meningkatkan volume pendapatan dengan meningkatkan
pengoperasian kereta api khususnya untuk tujuan Jakarta. Konsumen cenderung
untuk menggunakan kereta api sebagai salah satu bentuk transportasi
daripada pesawat terbang (Basu. S. D. dan Umi Khasanah, 1999, 83), yang
dijadikan sebagai alternatif oleh masyarakat karena dianggap tarifnya lebih
murah dibandingkan tarif pesawat terbang yang melonjak akibat krisis moneter
(Bisnis Indonesia, Juli, 2000).
Agar tetap eksis dalam lingkungan bisnis angkutan
darat mereka harus mampu bersaing dalam memperebutkan peluang pasar yang ada
dengan perusahaan-perusahaan angkutan darat milik swasta. Untuk itulah PT.
Kereta Api (Persero) khususnya Daerah Operasi
(DAOP) VIII Surabaya memunculkan kereta api eksekutif sebagai unggulan seperti Argo Bromo Anggrek, Argo Bromo, Argo Bromo Pagi,
Argo Wilis, Sembrani, Gajayana, Gumarang, Bima, Mutiara Selatan, Turangga dan
Sancaka.
Pentingnya kualitas barang dan jasa merupakan faktor
utama untuk memenangkan persaingan yang tidak perlu diragukan lagi. Bahwa kualitas
merupakan hal penting tidak hanya untuk menciptakan kesan pertama yang baik
terhadap perusahaan, tetapi juga mengurangi peluang penuntutan perkara jika
konsumen menuntut karena adanya kekurangan atau ketidakberesan. Parasuraman et
al. 1985 (dalam Gaston LeBlanc dan Nha Nguyen, 1997, 73) mengembangkan definisi
dari kualitas dengan memasukkan lima aspek dari kualitas: reliability,
responsiveness, assurance, empathy dan tangibles.
Kualitas jasa
merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas
kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas ini
diberikan kepada konsumen untuk memenuhi ekspektasi konsumen dengan menyediakan
produk dan pelayanan pada suatu tingkat harga yang dapat diterima dan
menciptakan “nilai” bagi konsumen serta menghasilkan profit bagi perusahaan. Hal ini
diperkuat dengan hasil banyak studi yang menunjukkan bahwa pangsa pasar, ROI
(Return On Investment) dan perputaran asset (asset turnover) sangat terkait
dengan persepsi terhadap kualitas barang dan jasa suatu perusahaan. Oleh karena
itu, sudah sepatutnya masalah kualitas jasa mendapat perhatian yang besar.
Kepuasan
pelanggan memegang peran yang penting dan kritis bagi kelangsungan dan
perkembangan kehidupan suatu perusahaan. Dengan mendengarkan konsumen (dan kemudian merespon
keinginan/permintaan) maka akan memberikan hasil yang lebih memuaskan dan
membuat konsumen menjadi loyal ( A. E. Ellinger et al. , 1999, 122). Kelancarannya
tergantung pada kesadaran para karyawan untuk mengetahui tentang tujuan dari
perusahaan bisnis yaitu berupa proses penyampaian pelayanan secara menyeluruh.
Perusahaan jasa seharusnya memberikan imbalan (reward) yang didasarkan pada
bagaimana karyawan secara efektif menggunakan informasi, pengetahuan dan
wewenangnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja keuangan.
Kepuasan konsumen merupakan salah satu inti filsafat
konsep pemasaran. Karenanya suatu program pemasaran yang baik haruslah dapat
mempengaruhi serta mendorong perilaku dan keputusan membeli konsumen terhadap
produk barang atau jasa, dengan menawarkan kemudahan dalam pelayanan serta
jaminan yang akan diberikan oleh perusahaan. Untuk itu perusahaan dituntut
untuk bersifat customize artinya
perusahaan dituntut lebih responsif terhadap para pelanggannya dan lebih mampu
menarik pelanggan.
1.2.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Dimensi apakah
yang menentukan kualitas pelayanan pada PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi
(DAOP) VIII Surabaya ?
2.
Bagaimana
pengaruh dimensi kualitas pelayanan baik secara simultan maupun parsial
terhadap tingkat kepuasan konsumen dalam menggunakan jasa PT. Kereta Api
(Persero) Daerah Operasi (DAOP) VIII Surabaya?
3.
Berdasarkan pada
dimensi kualitas pelayanan yang ada, dimensi manakah yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap tingkat kepuasan konsumen pada PT. Kereta Api (Persero) Daerah
Operasi (DAOP) VIII Surabaya?
1.3.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengidentifikasikan dimensi kualitas pelayanan.
2.
Untuk menguji
dimensi kualitas pelayanan yang mempengaruhi kepuasan kosumen.
3.
Untuk menentukan
dimensi kualitas pelayanan yang dominan dalam mempengaruhi kepuasan konsumen.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Ruang Lingkup
dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian penjelasan (explanatory research), untuk menguji hipotesis antar
variabel dan berpusat pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel; hubungan tersebut adalah interdependency,
yaitu bertujuan mendeteksi ketergantungan antar satu variabel dengan variabel
lainnya.
Sifat penelitian adalah replikasi dari
penelitian yang dilakukan oleh R. L. Snipes et.al.,dengan variabel yang sama
. Modifikasi item-item indikator
variabel dilakukan dengan menyesuaikan jangka waktu, dana, data, responden,
lokasi serta tujuan penelitian.
Obyek penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu PT. Kereta Api (Persero) Daerah
Operasi (DAOP) VIII Surabaya dengan pertimbangan :
(1) PT. Kereta Api (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) VIII Surabaya sebagai pusat penyedia jasa yang bergerak
di bidang transportasi kereta api khususnya untuk wilayah Jawa Timur, (2) Ada
beberapa kereta api eksekutif yang beroperasi di DAOP VIII Surabaya untuk
tujuan Jakarta (3) Penumpang yang terpilih sebagai responden minimal pernah
satu kali naik kereta api eksekutif.
Sedangkan lokasi penelitian adalah Kereta Api
Eksekutif untuk tujuan Jakarta dengan dasar pemikiran : (1) Kereta api eksekutif untuk tujuan Jakarta
dapat dijadikan sebagai transportasi alternatif oleh konsumen (2) Konsumen dari
kereta api eksekutif segmen pasarnya sudah jelas yaitu menengah keatas dan
biasanya mereka lebih kritis terhadap kualitas pelayanan.
Teknik pengambilan sampel
menggunakan acccidental sampling yaitu responden ditemui langsung pada saat
penyebaran kuisioner (distasiun-stasiun dan diatas kereta api eksekutif).
Penelitian Sebelumnya
Populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang kereta api kelas
eksekutif. Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan pendekatan Slovin
(Husein Umar, 2001, 78) sebagai berikut: :
n =
______N_______
1 + N e2
Dengan
pertimbangan : (1) Data penumpang yang dijadikan populasi adalah data
triwulanan tahun 2001 sebab kondisi
perusahaan masih normal (2) Jumlah populasi
diketahui sebanyak (1.065.899 : 4) = 266.475 orang.
Dan
pada tahun 2002 terjadi banyak peristiwa yang mempengaruhi jumlah penumpang
kereta api eksekutif, antara lain : (1) Adanya konflik di tubuh kereta api
yaitu mengenai pengangkatan direksi baru (2) Adanya bencana alam seperti banjir
yang mengakibatkan operasi kereta api berjalan dengan tidak normal (3) Adanya
perang diskon yang dilakukan oleh pesawat terbang ( Bisnis Indonesia dan Jawa Pos, Februari dan
Mei, 2002).
Dalam
penelitian ini diketahui N sebesar 266.474,8, e ditetapkan sebesar 10 %. Jadi
jumlah minimal sampel yang dapat diambil oleh peneliti adalah sebesar:
n = _______266.475______
1 + 266.475 x 0,12
=
99.96 orang
Jumlah sampel dalam penelitian
ini minimal adalah sebanyak 100 responden. Dalam penelitian ini diperoleh 168
responden dan jumlah sampel yang besar cenderung memberi penduga yang lebih
mendekati nilai sesungguhnya (true value) (Masri S dan Sofian E, 1986, 107).
Pengumpulan
Data
Sumber
dan instrumen data pada penelitian ini adalah :
1. Data Primer; didapatkan secara
langsung dari jawaban responden melalui observasi, wawancara dan
kuisioner. Alat yang digunakan dalam
pembuatan kuisioner adalah skala Likert, untuk menangkap kesan, tanggapan,
sikap, persepsi responden. Responden menjawab dengan mengungkapkan taraf atau
intensitas setuju sampai tidak setujuterhadap pertanyaan, skor dari pertanyaan
tersebut dapat dijumlahkan atau dirata-rata , Kerlinger, 799-801 (dalam Asfida,
2002, 38) dengan alternatif jawaban : Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju,
Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju, Skor 3 untuk jawaban Agak Setuju, Skor 4
untuk jawaban Setuju dan Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju.
2. Data Sekunder; meliputi data internal perusahaan, seperti
jumlah penumpang kereta api eksekutif dan data lainnya yang relevan – baik
berupa laporan, naskah tertulis atau dokumen.
Variabel
dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Orientasi Karyawan
: Tingkat kemauan/kesadaran karyawan untuk melaksanakan pekerjaan, Tingkat
keprofesionalan karyawan, Tingkat pengetahuan karyawan , Tingkat kemampuan
karyawan dalam memberi pelayanan dan Tingkat perilaku karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan; (2) Orientasi Perusahaan : Tingkat pelaksanaan
pekerjaan, Tingkat keandalan perusahaan dalam menyelenggarakan pelayanan dan
Tingkat kemampaun perusahaan di dalam menangani masalah penumpang; (3) Bukti
Fisik Yang Ada di Lingkungan Kerja : Keadaan fasilitas fisik,
Keakuratan/ketepatan pencatatan perusahaan dan Prosedur pelayanan; (4) Kualitas
Produk : Kualitas dari fasilitas fisik ang digunakan untuk pelayanan dan
Konsistensi kualitas pelayanan.
Langkah-langkah
analisis faktor adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan
masalah
Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam analisis faktor
didasarkan pada penelitian terdahulu, teori,
dan pendapat dari peneliti dan pengukuran variabel dengan menggunakan skala
rasio atau skala interval (Maholtra, 1996, 647). Sedangkan penelitian ini
menggunakan skala likert dan diasumsikan bahwa skala likert merupakan skala
yang mendekati skala interval (Maholtra, 1996, 715).
2. Membuat matrik korelasi
Merupakan
proses analisis yang didasarkan pada korelasi matrik yang terjadi antar
variabel. Jika korelasi antar variabel mendekati nol maka hubungan kedua
variabel tersebut semakin kecil dan sebaliknya semakin mendekati 1, hubungan
kedua variabel tersebut semakin kuat (F. Rangkuti, 2002, 9). Metode yang
digunakan untuk menguji analisis faktor yaitu metode Kaiser-Mayer-Olkin (KMO)
dan Barlett’s Test. KMO dilakukan untuk
menentukan kecukupan sampel dalam analisis faktor, sampel dikatakan cukup jika
KMO ³ 0,5 dan Barlett’s Test untuk
menguji korelasi dari variabel yang diamati nilainya adalah > 10.
3. Menentukan jumlah faktor
Jumlah
faktor ditentukan berdasarkan nilai eigenvalue ³ 1 atau
mempunyai nilai keragaman kumulatif kira-kira 75 % sebab dengan nilai
eigenvalue tersebut kemampuan menjelaskan dari faktor yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi variabel aslinya akan menjadi semakin mendekati 100 %.
Metode yang digunakan dalam pembobotan yaitu metode kemungkinan maksimum dan
solusi Principle Component Analysis (PCA). Data input dalam penelitian ini
adalah matriks kovarians karena skalanya homogen yaitu diukur dengan
menggunakan skala likert. Matriks kovarians memiliki beberapa keunggulan dalam
menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel
yang berbeda dan merupakan bentuk data yang lebih sesuai untuk memvalidasi
hubungan-hubungan kausalitas.
4. Merotasi faktor-faktor
Untuk
mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan interpretasi terhadap faktor sebagai
variabel baru maka perlu diatasi dengan melakukan rotasi varimax dengan metode
orthogonal sehingga antar variabel baru dijamin saling bebas.
5. Menginterpretasikan Faktor-faktor
Untuk
memudahkan didalam menentukan variabel yang mempunyai bobot yang tinggi pada
faktor yang sama. Faktor tersebut diinterpretasikan kedalam variabel yang
memiliki bobot tertinggi.
·
Menghitung skor faktor
Apabila
tujuan dari analisis faktor adalah untuk mengurangi sejumlah variabel (faktor)
yang lebih kecil yang digunakan dalam analisis multivariate, hal ini dilakukan
dengan menjumlah faktor pada setiap responden (Maholtra, 1996, 655). Faktor
hasil ekstraksi dan skor faktor ini disebut dengan dimensi. Hasil dari skor
faktor ini akan dilanjutkan untuk analisis regresi berganda.
·
Memilih variabel pengganti
Pemilihan
variabel pengganti dengan mengeluarkan satu per satu variabel asal yang
digunakan dalam analisis. Pemilihan masing-masing faktor pada variabel dengan
menggunakan bobot faktor tertinggi dan pemilihan variabel harus didasarkan pada
pertimbangan pengukuran dan teori (Maholtra ,1996, 655).
6. Ketepatan Model
Asumsi
dasar dari faktor analisis terletak pada
pengamatan antar variabel yang disifati oleh faktor bersama. Korelasi antar
variabel dapat direproduksi dari penilaian korelasi antar variabel dengan
faktor-faktor. Perbedaan antara korelasi yang diamati dan korelasi yang
direproduksi dapat digunakan untuk menentukan ketepatan model (Maholtra, 1996,
655).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Identifikasi Dimensi Kualitas Pelayanan
Untuk mengidentifikasikan dimensi kualitas pelayanan didasarkan pada
hasil rotasi faktor dengan metode varimax yang mempunyai nilai loading
tertinggi, dimana terdapat 8 dimensi yang akan dianalisis lebih lanjut.
A.
Dimensi 1 (Kesan)
Kesan yang baik di hati penumpang dengan loading sebesar 0,839. Kesan
yang baik akan mempengaruhi penumpang didalam mengambil keputusan terutama
didalam memilih kereta api eksekutif sebagai transportasi alternatif. Kesan
yang baik sebagai cerminan dari kredibilitas yang dimiliki oleh perusahaan
sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Parasuraman et.al., 1985 (dalam F.
Tjiptono, 2000, 70) Credibility yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Item ini
merupakan item yang menentukan pada dimensi 1.
Petugas yang simpatik dan menenangkan penumpang dengan loading sebesar
0,835 berarti petugas tersebut dinilai telah mampu memberikan pelayanan yang
dapat diandalkan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Parasuraman et.al, 1998
(dalam R. Lupiyoadi, 2001,148) Realibility/keandalan yaitu kemampuan perusahaan
untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, sikap yang simpatik dan dengan
akurasi yang tinggi.
B.
Dimensi 2 (Informasi yang Cepat
dan Jelas)
Kemampuan petugas untuk memberi informasi secara cepat dan jelas
dengan loading sebesar 0,833 berarti petugas tersebut mau membantu penumpang
dan memberi pelayanan dengan cepat (Responsiveness) Parasuraman et.al., (dalam
G. LeBlanc dan Nha Nguyen, 1997, 73).
Petugas yang berlaku cermat dan teliti dalam melayani penumpang
memiliki loading sebesar 0,821 berarti kemampuan petugas tersebut diilhami oleh
tanggungjawab dan kepercayaan (Assurance) Parasuraman et.al., (dalam G. LeBlanc
dan Nha Nguyen, 1997, 73). Dengan pelayanan yang cermat dan teliti maka
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pekerjaan bisa diminimalkan dan konsumen
akan merasa bahwa petugas tersebut benar-benar tahu apa yang seharusnya
dilakukan/dikerjakan dalam memberikan pelayanan.
Ketrampilan petugas berkomunikasi memiliki loading sebesar 0,800 yang
menyangkut penyampaian informasi yang jelas dan sopan kepada penumpang.
Penyampaian informasi yang jelas dan sopan merupakan tindakan nyata yang
diarahkan kepada penumpang. Dengan penyampaian informasi ini maka terjadi
hubungan perseorangan dan interaksi antar perseorangan dengan penumpang yang
terjadi selama penyampaian proses pelayanan. Dimensi 3 (
Pelayanan sesuai Informasi)
C. Dimensi 4
(Ketepatan Waktu)
Ketepatan waktu pemberangkatan kereta api dengan loading sebesar 0,899
berarti perusahaan dalam melaksanakan pekerjaan telah mampu memberikan
pelayanan kepada penumpang secara tepat dan akurat karena jadwal keberangkatan
kereta api telah diatur dalam grafik perjalanan kereta.
Ketepatan waktu pelayanan dengan loading sebesar 0,776 berarti
perusahaan tersebut telah mampu memberikan apa yang telah dijanjikan kepada
penumpang secara tepat sejak pertama.
Kedua item tersebut sesuai dengan konsep Parasuraman et.al., 1998
(dalam R. Lupiyoadi, 2001,148) Realiability/keandalan yaitu kemampuan
perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti
ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,
sikap simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.
D. Dimensi 5 (Fasilitas)
Fasilitas fisik yang menarik dan memadai dengan loading sebsar 0,860
berarti fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan telah menarik hati penumpang
yang sekaligus memberi kesan bonafiditas perusahaan. Item ini merupakan item
yang menentukan pada dimensi 5.
Peralatan pelayanan yang canggih dengan loading sebesar 0,815 berarti
peralatan yang digunakan dalam pelayanan telah memperlancar proses pelayanan
kepada penumpang.
Ruang reservasi yang nyaman, menarik dan memadai memiliki loading
sebesar 0,758 berarti ruang reservasi yang dimiliki oleh PT. Kereta Api dilihat baik dari aspek tata
letak/penampilannya telah membuat penumpang merasa tertarik dan nyaman.
E. Dimensi 6 (Sistem Pelayanan)
Pelayanan karcis secara on-line dengan loading
sebesar 0,833 sebab pelayanan karcis secara on-line akan mempermudah penumpang
didalam memesan karcis meskipun dilakukan melalui stasiun yang berbeda. Sesuai
dengan konsep dari Gronroos (dalam F. Tjiptono, 2001, 73) Accessibility and
Flexibility merupakan process-related criteria. Pelanggan merasa bahwa penyedia
jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya dirancang dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah.
Selain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.
Papan informasi yang mudah dimengerti memiliki
loading sebesar 0,712 sebab melalui papan informasi tersebut maka penumpang dapat
dengan mudah memperoleh informasi yang tepat, cepat dan akurat. Hal ini sesuai
dengan konsep Parasuraman et.al., 1998 (dalam R. Lupiyoadi, 2001,148)
Realiability/keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai
dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama
untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan dengan akurasi yang
tinggi.
F.
Dimensi 7 (Fasilitas Penunjang Dalam Kereta Api)
Keadaan fasilitas penunjang dalam kereta (TV. AC, Audio dan Vidio)
kereta api dengan loading sebesar 0,782 sebab keberadaan fasilitas tersebut
benar-benar menunjang pelayanan perusahaan sehingga membuat penumpang merasa
nyaman dalam menikmati perjalanan. Item ini merupakan item yang menentukan pada
dimensi 7.
Kebersihan toilet, persediaan air di toilet dan fasilitas tambahan
(sabun, tissu gulung dan penerangan dalam toilet) memiliki loading sebesar
0,755 berarti bahwa produk pelengkap yang digunakan dalam pelayanan dijaga
dengan baik kebersihan dan persediaannya sehingga penumpang yang menggunakan
merasa nyaman.
Petugas restorasi yang ramah dan cekatan dalam memberikan pelayanan
memiliki loading sebesar 0,750 berarti petugas tersebut telah mampu memberikan
pelayanan dan kesan yang baik terhadap penumpang.
Bantal dan selimut yang bersih dan nyaman memiliki loading sebesar
0,709 berarti bantal dan selimut sebagai produk yang diberikan kepada
penumpang keadaannya benar-benar dijaga
kebersihan sehingga membuat penumpang yang memakainya merasa nyaman.
Keempat item tersebut sesuai dengan konsep Parasuraman et.al., 1998 (dalam R. Lupiyoadi,
2001,148) Tangibles atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan
sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah
bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.
G.
Dimensi
8 (Tempat duduk)
Kenyamanan tempat duduk berbaring dan tegak memiliki loading sebesar
0,867 karena tempat duduk merupakan sarana utama yang digunakan penumpang dalam
kereta.
Fasilitas penerangan yang cukup dalam kereta memiliki loading sebesar
0,830 sebab dengan penerangan yang cukup
akan membuat perjalanan penumpang terasa lebih menyenangkan dan nyaman.
Kedua
item tersebut sesuai dengan konsep
Parasuraman et.al., 1998 (dalam R. Lupiyoadi, 2001,148) Tangibles atau
bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan
yang diberikan oleh pemberi jasa.
3.2.
Dimensi Kualitas Pelayanan yang
Mempengaruhi Kepuasan Konsumen
Pengujian dimensi kualitas pelayanan yang
mempengaruhi kepuasan konsumen dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda merupakan alat yang digunakan untuk menguji
hipotesa yang mengukur pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas sebab
Analisis Faktor belum menjawab hipotesis kedua. Variabel bebas yang dianalisis
merupakan hasil skor faktor dari masing-masing dimensi dengan memperhatikan
faktor loading dan common faktor.
Sebelum
dilakukan analisis regresi berganda maka untuk memperoleh penaksir yang tidak
bias linier terbaik (BLUE) menunjukkan : (1) Tidak terjadi Multikolinieritas
karena nilai VIF dibawah ketentutan
yaitu antara 1-2 dan dipastikan
tidak terjadi multikolinieritas (2) Tidak terjadi Heteroskedastisitas karena
grafiknya tidak menunjukkan adanya suatu pola tertentu (bersifat acak) (3)
Bersifat Normalitas karena nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) > 5%
(4) Tidak terjadi Linieritas karena hasil pengujian menunjukkan scatter plot
tidak membentuk pola tertentu sehingga uji asumsi linieritas terpenuhi.
3.3.
Pengaruh Dimensi Kualitas
Pelayanan Secara Simultan Terhadap Kepuasan Konsumen
Untuk menguji pengaruh dimensi kualitas pelayanan
secara simultan terhadap kepuasan konsumen yang ditunjukkan oleh nilai Fhitung
dibandingkan Ftabel .
Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Secara Parsial Terhadap Kepuasan
Konsumen
Pengujian pengaruh dimensi kualitas pelayanan secara
parsial terhadap kepuasan konsumen ditunjukkan oleh nilai koefisien dari
masing-masing dimensi yang mempunyai nilai t hitung > t tabel
pada taraf a = 5% (t a/2-1) = 1,96.
Dari tabel diatas maka secara parsial variabel
orientasi karyawan yang meliputi dimensi 1 (kesan ) dengan nilai t hitung
sebesar -,596 dengan probabilitas sebesar 0,552. Sehingga t hitung
< t tabel (-,596 < 1,96) atau sig t > 5% (0,552 > 0,05)
maka secara parsial dimensi kesan berpengaruh secara tidak meyakinkan terhadap
kepuasan konsumen. Dimensi 2 (informasi yang cepat dan jelas) dengan nilai t hitung
sebesar 2,152 dengan probabilitas sebesar 0,033. Sehingga t hitung
> t tabel (2,152 > 1,96) atau sig t < 5% (0,033 < 0,05)
maka secara parsial dimensi informasi yang cepat dan jelas berpengaruh secara
meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Variabel orientasi perusahaan yaitu dimensi 3
(pelayanan sesuai informasi) dengan nilai t hitung sebesar 0,943
dengan probabilitas sebesar 0,347. Sehingga t hitung < t tabel
(0,943 < 1,96) atau sig t > 5% (0,347 > 0,05) maka secara parsial
dimensi pelayanan sesuai informasi berpengaruh secara tidak meyakinkan terhadap
kepuasan konsumen. Dimensi 4 (ketepatan waktu) dengan nilai t hitung
sebesar 4,804 dengan probabilitas sebesar 0,000. Sehingga t hitung
> t tabel (4,804 > 1,96) atau sig t < 5% (0,000 < 0,05)
maka secara parsial dimensi tepat waktu
pelayanan berpengaruh secara meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Variabel bukti fisik yang ada di lingkungan kerja
yaitu dimensi 5 (fasilitas) dengan nilai t hitung sebesar 2,304
dengan probabilitas sebesar 0,023. Sehingga t hitung > t tabel
(2,304 > 1,96) atau sig t < 5% (0,023 < 0,05) maka secara parsial
dimensi fasilitas berpengaruh secara meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Dimensi 6 (sistem pelayanan) dengan nilai t hitung sebesar 0,188
dengan probabilitas sebesar 0,851. Sehingga t hitung < t tabel
(0,188 < 1,96) atau sig t > 5% (0,851 > 0,05) maka secara parsial dimensi sistem pelayanan
berpengaruh secara tidak meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Variabel kualitas produk yaitu dimensi 7 (fasilitas
penunjang ) dengan nilai t hitung sebesar 6,501 dengan probabilitas
sebesar 0,000. Sehingga t hitung > t tabel (6,501 >
1,96) atau sig t < 5% (0,000 < 0,05) maka secara parsial dimensi
fasilitas penunjang berpengaruh secara meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Dimensi 8 (tempat duduk ) dengan nilai t
hitung sebesar 0,872 dengan probabilitas sebesar 0,385. Sehingga t hitung
< t tabel (0,872 < 1,96) atau sig t > 5% (0,385 > 0,05)
maka secara parsial dimensi tempat duduk berpengaruh secara tidak meyakinkan
terhadap kepuasan konsumen.
Maka secara parsial dimensi kualitas pelayanan yang
dikemukakan dalam hipotesis kedua terdapat 4 dimensi yang terbukti berpengaruh
secara tidak meyakinkan terhadap kepuasan konsumen yaitu dimensi 1 (kesan),
dimensi 3 (pelayanan sesuai informasi),
dimensi 6 (sistem pelayanan) dan dimensi 8 (tempat duduk). Hal ini bisa
dipahami karena kesan petugas pada waktu memberikan pelayanan kepada konsumen
sebagai awal dari penilaian mereka terhadap jasa yang ditawarkan dan seringkali
konsumen merasa bahwa apa yang mereka peroleh tidak sesuai dengan apa yang
mereka harapkan, serta tempat duduk
sebagai sarana utama yang digunakan oleh konsumen banyak yang sudah rusak
(tidak layak pakai) tetapi belum diperbaiki.
3.4.
Penentuan Dimensi Kualitas
Pelayanan yang Dominan Mempengaruhi Kepuasan Konsumen
Untuk menentukan dimensi kualitas pelayanan yang
dominan terhadap kepuasan konsumen dapat diketahui dari besarnya nilai
koefisien b pada masing-masing dimensi, yang digunakan untuk membandingkan peranan
penting dari masing-masing dimensi sebagai predikator Hasan 1994. Besarnya
peranan variabel bebas sebagai predikator dapat pula diketahui dari nilai t
hitungnya.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi 7
(fasilitas penunjangdalam kereta api) merupakan dimensi yang dominan
dibandingkan dimensi lainnya karena mempunyai nilai koefisien b tertinggi dan nilai t hitung tertinggi dibandingkan dimensi lainnya,
sehingga dimensi tersebut menjadi dimensi yang dominan. Dari kedua pernyataan
tersebut maka diketahui bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kualitas
produk merupakan dimensi dominan sudah terbukti.
Melalui tabel tersebut dapat diturunkan persamaan
regresi sebagai berikut :
Y = 3,117 - 0,037D1 + 0,123D2
+ 0,056D3 + 0,258D4 + 0,158D5 + 0,011D6
+ 0,456D7 + 0,054D8
Persamaan regresi tersebut menyatakan bahwa
perubahan tingkat kepuasan konsumen akan searah dengan dimensi 2, dimensi 3,
dimensi 4, dimensi 5, dimensi 6, dimensi 7 dan dimensi 8 karena koefisien
korelasi regresi pada masing-masing dimensi tersebut bertanda positip. Sedangkan
perubahan tingkat kepuasan konsumen akan berlawanan arah dengan perubahan yang
terjadi pada dimensi 1 karena memiliki koefisien regresi bertanda negatip.
Koefisien determinasi (R2) = 0,703 yang
berarti kedelapan dimensi sebagai variabel bebas yang diteliti mampu
menjelaskan variabel terikat sebesar 70,3 %, selebihnya 29,7 % dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Nilai adjusted R-square
sebesar 0,688 yang berarti bahwa secara pasti ada pengaruh yang kuat dari
kedelapan dimensi sebagai variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
sebesar 68,8% dan sisanya 31,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dengan bertitik tolak pada tujuan penelitian yaitu
untuk mengidentifikasikan dimensi kualitas pelayanan, menguji dimensi kualitas
pelayanan yang mempengaruhi kepuasan konsumen dan menentukan dimensi kualitas
pelayanan yang dominan mempengaruhi kepuasan konsumen. Dari hasil analisis data
dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Untuk mengidentifikasikan
dimensi kualitas pelayanan digunakan analisis faktor yang bertujuan untuk
mereduksi variabel-variabel yang diamati kedalam sejumlah faktor, karena sifat
penelitan ini adalah replikasi maka analisis faktor yang digunakan adalah
analisis faktor konfirmatori (CFA) yaitu untuk mengkonfirmasikan apakah
variabel-variabel indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah
faktor. Sedangkan untuk menguji item-item pertanyaan kuisioner digunakan
analisis faktor eksploratori (EFA) untuk melakukan eksplorasi terhadap item-item yang ada sehingga terbentuk
faktor-faktor yang selanjutnya dilakukan interpretasi untuk menentukan
Analisis regresi berganda dilakukan untuk menguji
dimensi kualitas pelayanan yang mempengaruhi kepuasan konsumen baik secara
simultan maupun parsial. Dari hasil regresi maka secara simultan delapan
dimensi yang ada dalam empat variabel kualitas pelayanan sebagai variabel bebas
yang dianalisis mempunyai pengaruh secara meyakinkan terhadap kepuasan konsumen
yang ditunjukkan oleh nilai F hitung > F tabel. Dan
hasil regresi dari kedelapan dimensi secara parsial maka dimensi 2 (informasi
yang cepat dan jelas), dimensi 4
(ketepatan waktu), dimensi 5 (fasilitas fisik), dimensi 7 (fasilitas penunjang
dalam KA) mempunyai pengaruh yang meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Sedangkan dimensi 1 (kesan), dimensi 3 (pelayanan sesuai informasi), dimensi 8
(sistem pelayanan) dan dimensi 8 (tempat
duduk ) mempunyai pengaruh yang tidak meyakinkan terhadap kepuasan konsumen.
Untuk menentukan dimensi kualitas pelayanan yang
dominan mempengaruhi kepuasan konsumen maka dimensi 7 (fasilitas penunjang
dalam KA) merupakan dimensi yang dominan dibandingkan dimensi lainnya. Dimensi tersebut
merupakan bagian dari variabel kualitas produk.
4.2.
Saran
Saran dari makalah ini
adalah apabila ada kesalahan dan kekurangan dari isi makalah ini semoga dapat
dimaklumi.
DAFTAR PUSTAKA
Asfida, 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ellinger, Alexander E, Patricia J. Daugherty
dan Quentin J. Plair, 1999. Customer Satisfaction and Loyalty in Supply Chain:
The Role of Communication. Transportation Research Part E 35 (1999) 121-134.
Elsevier Science Ltd.
Husein, Umar, Drs., SE., MM., MBA., 2001.
Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Cetakan Keempat. Penerbit PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
LeBlanc Gaston, Nha Nguyen, 1997. Searching
For Excellence In Business Education : An Exploratory Study Of Customer
Impressions Of Saervice Quality. International Journal Of Education Management
11. MCB university Press.
Solimun, Dr., MS., 2002. multivariate
Analysis Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Cetakan I,
Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar