MAKALAH
TEKNOLOGI
BUDIDAYA KELAPA SAWIT
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
RIZAL
PILTRANS SILABAN
11710001
DOSEN
PENGASUH
(Ir. Susana
Tabah Trina S, MP) (Ir.
Bambang Mahmudi, MS)
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberi
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah TBT Kelapa Sawit dan Karet
yang berjudul “TEKNOLOGI BUDIDAYA KELAPA SAWIT”.
Penulisan makalah ini sebagai salah satu tugas mata
kuliah TBT Kelapa Sawit dan Karet di Universitas HKBP Nommensen Medan, Sumatra
utara pada fakultas pertanian. Dalam
penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan masukan dan pengajaran serta arahan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Ibu Ir. Susana Tabah
Trina S, MP sebagai dosen pengasuh mata kuliah ini.
2.
Bapak Ir. Bambang
Mahmudi, MS sebagai dosen pengasuh mata kuliah ini.
3.
Kakak-kakak dan
teman-teman seperjuangan fakultas pertanian yang dengan segala kerendahan hati
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari tingkat kesempurnaan, untuk itu masukan dan saran dari berbagai pihak
akan sangat membantu di dalam penyempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, terimakasih.
Medan, Juni
2014
Rizal Piltrans Silaban
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI
.................................................................................................................... ii
BAB I
: PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB II :
TINJAUAN
PUSTAKA...................................................................................
2
2.1
Sistematika Tanaman……………………………………………………….. 2
2.2
Morfologi Tanaman…………………………………………………………. 2
2.3
Syarat Tumbuh Tanaman…………………………………………………… 3
BAB III : TEKNOLOGI
BUDIDAYA......................................................................... 5
3.1
Bahan Tanam………………………………………………………………... 5
3.2
Pengecambahan Benih………………………………………………………. 5
3.3
Penyemaian…………………………………………………………………. 6
3.4
Pemeliharaan Pembibitan…………………………………………………… 7
3.5
Penyiraman………………………………………………………………….. 7
3.6
Penyiangan………………………………………………………………….. 7
3.7
Pengawasan dan Seleksi…………………………………………………….. 8
3.8
Pemupukan………………………………………………………………….. 8
3.9
Pemindahan ke Lapangan…………………………………………………… 8
3.10 Teknik
Penanaman………………………………………………………….. 9
3.11
Pemeliharaan………………………………………………………………... 11
3.12
Penyulaman…………………………………………………………………. 11
3.13 Penanaman Tanaman Penutup
Tanah………………………………………. 11
3.14 Membentuk Piringan (Bokoran)……………………………………………. 11
3.15
Pemupukan………………………………………………………………….. 12
3.16 Pemangkasan
Daun…………………………………………………………. 13
3.17 Pengendalian
Gulma………………………………………………………... 13
3.18 Pengendalian Hama dan
Penyakit………………………………………….. 14
3.19
Panen………………………………………………………………………... 14
BAB IV :
KESIMPULAN.............................................................................................. 17
4.1.
Kesimpulan....................................................................................................... 17
4.2.
Saran................................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis) adalah
tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan
bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan
menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi
kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun
yang sudah ada dan intensifikasi.
Pelaku usahatani kelapa sawit di
Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan Negara dan
perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan
model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti – plasma).
Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara
lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit
rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi
bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas
CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton
CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan
negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per
hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar
dan 0,57 ton PKO per hektar.
Salah satu penyebab rendahnya
produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi
yang diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan
panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk
peningkatan produksi kelapa sawit. Buku ini
menginformasikan teknik budidaya dan pasca panen kelapa sawit anjuran,
sehingga hasil produksi sawitnya bisa lebih tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika
Tanaman
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Mocotyledonae
Keluarga :
Palmae
Sub keluarga :
Cocoideae
Genus :
Elaeis
Spesies :
Elaeis guineensis Jacq
2.2 Morfologi Tanaman
2.2.1 Akar
Sistem perakaran kelapa sawit adalah
akar serabut, terdiri dari akar primer, tersier, dan kuartener. Akar primer tumbuh sampai
kedalaman 1,5 m. Akar tersier dan kuarter tumbuh hingga 2-2,5 dari pangkal
pohon pada kedalaman 0-20 cm. pemenuhan akar absorsi kelapa sawit terjadi pada
tahun kelima hingga ketujuh, dimana sawit mulai saling berkompetensi.
Penyebaran akar tergantung pada kondisi tanah dan kultur teknis tanah.
2.2.2 Batang
Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh – pembuluh yang
terikat secara diskrit dalam jaringan parenkrin. Meristem pucuk terletak dekat
ujung batang, di mana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Batang tumbuh
hingga ketinggian 15-18 m. Pertambahan tinggi
tanaman bisa mencapai 35 – 75bcm/tahun, tergantung pada keadaan lingkungan
tunbuh dan keragaman genetik. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua
sampai kira – kira umur 11 – 15 tahun.
2.2.3 Daun
Ada tiga jenis daun antara lain lanceolate, bifurcatae,
pinnate. Bagian daun pinnate terdiri dari spine (lidi), pinnae (anak daun),
rachis (pelepah). Panjang daun dewasa 9 m, dengan jumlah anak daun 250 – 400,
panjang daun 120 cm atau lebih.
2.2.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman
berumah satu. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan
silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.
2.2.5 Buah
Buah kelapa sawit menempel di karangan
yang disebut tandan buah. Jumlah buah dalam satu tandan bervariasi tergantung
umur, umumnya dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Ukuran buah
dan berat buah juga bervariasi tergantung letaknya dalam tandan. Total produksi
TBS tergantung bobot tandan dan jumlah tandan. Berat tandan buah tergantung
pada jumlah spikelet, jumlah bunga per spikelet, fruit set, berat buah dan efisiensi
penyerbukan. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun.
Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat
setiap tandan sekitar 25–35 kg
2.3 Syarat
Tumbuh Tanaman
2.3.1
Iklim
Tanaman kelapa sawit memerlukan
kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal,
antara lain terletek pada garis lintang 1300C Lintang Utara dan 1200C
Lintang Selatan, curah hujan per tahun adalah 1500-4000 mm, optimal
2000-3000 mm, suhu optimum yang dikehendaki adalah 2800C dan
tinggi tempat optimal adalah 500 meter dari atas permukaan laut, kelembaban
rata-rata 75 %.
2.3.2 Tanah
Ada beberapa tipe tanah yang baik untuk
budidaya kelapa sawit yaitu :
- Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi kelapa sawit dapat tumbuh optimal pada jenis tanah Latososl, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial.
- Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal adalah sebagi berikut :
·
Drainase baik dan permukaan air tanah
cukup dalam atau menghindari tanah
·
tanah yang berdrainase jelek dengan
permukaan air tanah yang dangkal.
·
Solum cukup dalam (sekitar 80 cm) dan
tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu.
·
Reaksi tanah masam dan pH antara
4,0-6,5 ( pH optimumnya 5 – 5,5 ).
·
Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah,
asalkan gembur, aerasi dan draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak
mempunyai lapisan padas
·
Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat
untuk kelapa sawit adalah :
·
Tanah pantai yang sangat berpasir
·
Tanah gambut yang tebal, yang
menyebabkan akar tidak dapat mencapai lapisan mineral sehingga tanaman mudah
tumbang atau pertumbuhannya miring.
BAB III
TEKNOLOGI BUDIDAYA
3.1 Bahan Tanam
Penyediaan benih dilakukan oleh
balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan
Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Balai-balai penelitian tersebut
mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura
dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih. Kelapa sawit memiliki banyak jenis,
berdasarkan
ketebalan cangkangnya kelapa sawit
dibedakan menjadi Dura, Pisifera dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap dapat memperpendek umur mesin
pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak
berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya
steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan
antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab
melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis
namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging
per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai
28%.
3.2 Pengecambahan Benih
Tahapan
pekerjaan dalam pengecambahan benih sebagai berikut:
§ Buah
dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari sabutnya. Pengupasan buah
kelapa sawit dapat menggunakan mesin pengupas.
§ Benih
direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus
diganti dengan air yang baru.
§ Setelah
benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh selama 24
jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji
harus diusahakan agar tetap sebesar 17%.
§ Selanjutnya
benih disimpan di dalam kantong plastic berukuran panjang 65 cm yang dapat
memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan
melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut
dalam peti berukuran 30 cm x 20 cm x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang
pengecambahan yang suhunya 39 0C.
§ Benih
diperiksa 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan membuka kantong plastiknya
dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban
sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21- 22% untuk benih Dura dan 28-30%
untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa kelembabannya.
§ Bila
telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada pesemaian perkecambahan.
§ Setelah
melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang pengecambahan dan
letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti
semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama
15-20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan
ke persemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih
yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan
untuk bibit.
3.3 Penyemaian
Tahapan
pekerjaan dalam penyemaian benih meliputi:
§ Benih
yang sudah berkecambah disemai dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.
§ Ukuran
polybag yang digunakan adalah 12 cm x 23 cm atau 15 cm x 23 cm (lay flat).
§ Polybag
diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi
lubang untuk drainase.
§ Kecambah
ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
§ Setelah
bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5
helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).
§ Keadaan
tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek.
Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapat menjaga kelembaban yang dibutuhkan
oleh bibit.
§ Penyiraman
dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha
menghasilkan kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap
kerusakan karena siraman.
§ Untuk
penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar,
berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan
diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
§ Polybag
diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15-30 kg/polybag,
disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di
pesemaian bibit.
§ Bibit
dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah
polybag besar dan tanah sekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak.
Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan,
dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak
misalnya 100 cm x 100 cm x100 cm.
Gambar 1. Pesemaian kelapa sawit
dalam polybag
3.4 Pemeliharaan Pembibitan
Bibit yang telah ditanam di polibag
dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan
bibit meliputi penyiraman,
penyiangan, pengawasan dan seleksi, serta
pemupukan.
3.5 Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan dua kali
sehari, kecuali apabila jatuh hujan
lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan.
Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat
tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air
siraman ± 2 lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.
3.6 Penyiangan
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di
tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau disemprot dengan
herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, atau
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
3.7 Pengawasan
dan Seleksi
Pengawasan bibit dilakukan untuk
mengamati pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit
yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang. Pembuangan bibit (thinning
out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery,
yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan
bibit ke lapangan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, yakni dengan
ciri-ciri;
1. Bibit tumbuh meninggi dan kaku
2. Bibit terkulai
3. Anak daun tidak membelah sempurna
4. Terkena penyakit
5. Anak daun tidak sempurna
3.8 Pemupukan
Pemupukan bibit sangat penting untuk
memperoleh bibit yang
sehat, tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yang diberikan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Dosis dan jenis pupuk untuk
pemupukan bibit.
3.9 Pemindahan Bibit ke Lapangan
Bibit yang telah berumur 8 bulan dapat
dipindahkan ke areal pertanaman, tetapi umumnya bibit dipindah ke lapang
diusahakan agar bibit tidak rusak dan polybagnya tidak pecah.
Gambar 2. Bibit kelapa sawit siap
dipindahkan ke lapangan
3.10 Teknik Penanaman
3.10.1 Penentuan Pola Tanam
Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur
ataupun tumpangsari. Pada pola tanam monokulltur, sebaiknya penanaman tanaman
kacang-kacangan (LCC) sebagaI tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah
persiapan lahan selesai. Tanaman penutup tanah (legume cover crop atau
LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki
sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan
kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan
pada pola tanam tumpangsari tanah diantara tanaman kelapa sawit sebelum
menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.
Gambar 3. Tumpang sari kelapa sawit
dengan ubi kayu
3.10.2 Pengajiran
Maksud pengajiran adalah untuk
menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam
yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari
segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. Sistem jarak penanaman yang
digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9x9x9 m. Dengan sistem segi
tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak
untuk setiap tanaman adalah 9 m, jumlah tanaman 143 pohon/ha.
3.10.3 Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari
sebelum menanam. Ukurannya adalah 50x40x40 cm. Pada waktu menggali lubang,
tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masingmasing di sebelah Utara dan
Selatan lubang.
3.10.4 Cara Penanaman
Penanaman
dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Adapun
tahapan penanaman sebagai berikut:
§ Letakkan
bibit yang berasal dari polibag di masing-masing lubang tanam yang sudah
dibuat.
§
Siram bibit yang ada
pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air
cukup untuk bibit. 3. Sebelum penanaman dilakukan pemupukan dasar lubang tanam
dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock
Phosphate sebanyak 250 gr/lubang.
§
Buat keratan vertikal
pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian
dimasukkan ke dalam lubang.
§
Timbun bibit dengan
tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke
sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit
dapat berdiri tegak.
§
Penanaman bibit harus
diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan
permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang
tidak akan tergenang air.
§
Pemberian mulsa sekitar
tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
3.11 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi
penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran),
pemupukan, dan pemangkasan daun.
3.12 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti
tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Penyulaman yang baik dilakukan pada
musim hujan. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam
yaitu berkisar 10-14 bulan. Banyaknya sulaman sekitar 3-5% setiap hektarnya.
Cara penyulaman sama dengan cara menanam bibit.
3.13 Penanaman
Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman kacang-kacangan
penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat
memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan
mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman
kacangkacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah
Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria
javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur
(tidak hanya satu jenis).
3.14 Membentuk Piringan (Bokoran)
Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit
harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1-2
m dari tanaman harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat, atau
disemprot dengan herbisida.
Gambar 4. Pengendalian gulma dengan cara
bokoran
3.15 Pemupukan
Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk
N, P, K, Mg dan B (Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan
dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax
(Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit.
Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai dengan
anjuran Balai Penelitian Kelapa Sawit.
Pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50
cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus
ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada
jarak 30-50 cm dari pokok. Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada
awal musim hujan (September-Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada
akhir musim hujan (Maret-April) untuk pemupukan yang kedua. Untuk tanaman yang
belum menghasilkan, yang berumur 0-3 tahun, dosis pemupukan per pohon per
tahunnya disajikan pada Tabel 3.
Pupuk N, P, K, Mg, B ditaburkan merata
dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun. Waktu
pemupukan sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September-Oktober),
untuk pemupukan yang pertama dan pada akhir musim hujan (Maret-April) untuk
pemupukan yang kedua.
3.16 Pemangkasan
Daun
Pemangkasan daun bertujuan untuk
memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon
serta memudahkan pamanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan
umur/tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan:
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan
yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk
membuang daun-daun kering dan buahbuah pertama yang busuk. Alat yang digunakan
adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu
pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun
tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo
dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah buah
yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah
pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang
daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah
28-54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak
mengganggu kegiatan panen.
3.17 Pengendalian
Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk
menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma
dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Selain itu pengendalian gulma
juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di
areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha,
Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana
camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan
dengan cara penyiangan di piringan (circle weeding), penyiangan gulma
yang tumbuh di antara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan
kegiatan buru lalang (wiping).
3.18 Pengendalian
Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman
kuat. Walaupun begitu tanaman ini juga tidak luput dari serangan
hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan maupun
yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah
golongan insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang
tanaman sawit umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
3.19 Panen
Tanaman kelapa sawit mulai
berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan
yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari
tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan
buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah
brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10
tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
Gambar 5. Tandan buah yang siap panen
Waktu panen buah kelapa sawit sangat
mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat
akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang
akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena
sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu
minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan
minyak, walaupun ALBnya rendah.
Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya
pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun yang
telah dipotong diatur rapi di tengah gawangan. Untuk mempercepat proses
pengeringan serta pembusukan, maka pelepah-pelepah daun tersebut dipotongpotong
menjadi 2-3 bagian. Cara pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat
mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipanen
diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan.
Kemudian tandan buah atau TBS (tandan buah segar) dan brondolan tersebut
dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS hasil panenan harus segera
diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera
diolah, maka kandungan ALBnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal
tersebut, maksimal 8 jam TBS setelah dipanen harus segera diolah.
Gambar
6. Tandan buah segar kelapa sawit yang telah dipanen
Besarnya produksi kelapa sawit sangat
tergantung pada berbagai faktor, di antaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim
dan teknologi yang diterapkan. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa
sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit.
Sebagai gambaran produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit berbagai umur
tanaman per hektar, dapat dilihat pada Tabel 4.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan mengenai teknologi budidaya kelapa sawit maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
§ Perlunya
teknologi budidaya kelapa sawit yang lebih canggih dan baik lagi untuk terus
meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit.
§ Teknologi
budidaya kelapa sawit dimulai dari bahan tanam, penyemaian, pembibitan, teknik
penanaman, pemeliharaan dan terakhir pemanenan yang baik menggunakan
dasar-dasar pemikiran teknologi yang canggih.
§ Dalam
menentukan hal pokok mengenai hasil dari usaha budaya kelapa sawit adalah dari
bibit tanaman kelapa sawit itu sendiri, karena bibit adalah suatu input kritis
dari suatu usaha budidaya.
§ Pemanenan
kelapa sawit juga harus memperhatikan teknologi terbaru supaya tidak mengurangi
dari produktivitas tanaman itu sendiri dan melihat dari criteria matang panen
untuk mendapatkan kandungan rendemen yang tinggi.
4.2 Saran
Adapun
saran yang diberikan pada makalah tentang Teknologi Budidaya Kelapa Sawit
adalah sebagai berikut:
§ Bahwa
di dalam menjalan usaha budidaya tanaman kelapa sawit harus menggunakan
Benih/bibit unggul untuk mendapatkan produktivitas yang lebih maksimal.
§ Agar
lebih rutin lagi dalam pemeliharaan dan pemupukan sesuai anjuran dosis.
DAFTAR
PUSTAKA
Adelina
Manurung, Masra Chairani dan Sjahrum Lubis. 1991. Perkiraan Perkembangan Areal Kelapa sawit dan Kebutuhan Bahan Tanaman
dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap kedua. Buletin Perkebunan Vol.22
No.4. Pusat Penelitian Perkebunan Medan.
Anonim.
1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim.
1990. Laporan Tahuan Komoditi Sawit.
Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PTP Perkebunan I - XXXI. Jakarta.
Anonim.
1988. Pestisida untuk Pertanian dan
Kehutanan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta. Poeloengan, Z.
dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri. Makalah untuk
Agribusiness\ Week. P2PA. Jakarta.
Setyamidjaja
dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit.
Kanisius. Yogyakarta
masukan
BalasHapus