PROFIL SUKANTO TANOTO
Sukanto
Tanoto (lahir 25 December 1949) merupakan pengusaha Indonesia yang
memulai usaha di industry pengolahan kayu. Pada tahun 2013, dia adalah salah
satu pengusaha terkaya di Indonesia dengan nilai aset sebesar 2,8 milyar
dollar. Berawal sebagai pemasok peralatan dan kebutuhan bagi perusahaan minyak
negara Pertamina, Sukanto
Tanoto merintis usaha di bidang kehutanan pada tahun 1972. Kepentingan bisnis
Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the Royal Golden Eagle
International (RGEI), yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas.
Biografi
Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto atau Tan Kang Hoo
dilahirkann pada tanggal 25 Desember 1949 di Belawan, Sumatra Utara. Beliau
adalah pendiri sekaligus pemimpin grup konglomerasi Raja Garuda Mas dimana
nilai hartanya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollr AS. Dengan nilai kekayaan
setinggi itu membuat Sukanto Tanoto ditasbihkan sebagai orang terkaya nomor 5
di Indonesia versi Majalah Forbes 2006. Ia juga termasuk dalam 1000 orang
terkaya dunia yang menempati urutan ke 418 tahun 2012 lalu.
Suatu prestasi yang mencengangkan
bagi seorang Sukanto Tanoko mengingat latar belakangnya yang bukan berasal dari
keluarga kaya. Sukanto adalah anak dari seorang penjual minyak dan onderdil
mobil di daerah asalnya. Sukanto adalah anak pertama dari tujuh bersaudara.
Mengingat posisinya sebagai sulung inilah menjadikan Sukanto sering disuruh
membantu ayahnya selepas sekolah.
Ia juga anak yang paling sering
mendapat pukulan rotan dari ibunya yang terkenal sangat keras dalam mendidik
anak-anaknya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena ia anak tertua dan
harus bisa menjadi pemimpin bagi saudaranya yang lain sehingga jika ada
kesalahan sedikit saja langsung rotan yang menghampiri. Alasan kedua adalah
karena sifat keras kepala Sukanto yang kadang sulit diatur, mungkin sifat ini
diwarisinya dari sang ibu. Namun justru sifat inilah yang menjadikan modal bagi
Sukanto meraih sukses hingga sekarang ini.
Suatu ketika mungkin karena jenuh,
iapun pergi ke laut dan tak pulang-pulang, sang ibu mencarinya kemana-mana.
Ketika pulang, sang ibu bertanya “ Kemana saja pergi dari pagi hingga sore tak
pulang-pulang?” Namun Sukanto sepertinya enggan meladeni ibunya dan menjawab
sekenannya saja. Jadilah ia kena sasaran rotan ibunya. “Saya paling banyak
makan rotan,” kenangnya.
Masa kecil Sukanto dihabiskan di
tanah kelahirannya, Sumatra Utara. SD ia masuk di sekolah di Belawan, baru SMP
ia bersekolah agak jauh dari rumahnya yaitu di Medan. Sukanto memiliki hobi
membaca sejak kecil. Ia sering membawa –bawa buku kemana saja ia pergi. Di sela
– sela membantu sang ayah, saat sedang santai ataupun menunggu sesuatu. Banyak
buku dilahapnya terutama tentang revolusi Amerika dan perang dunia. Dari
membaca, wawasannya tentang hidup dan dunia menjadi semakin luas. Kebiasaan membaca
ini dibawanya hingga saat ini, ketika ia sudah sesukses sekarang.
Sejak kecil cita-cita Sukanto adalah
menjadi Dokter. Hingga dewasa ia masih menyematkan panggilan dokter didepan
namanya. Dokter Sukanto. Begitu ceritanya sewaktu kecil. Namun ketika usianya
menginjak 18 tahun, sang ayahnya yang bernama Amin Tanoto yang sudah terkena
stroke meninggal dunia sehingga Sukanto yang sebagai anak sulung harus mau
menggantikan ayahnya meneruskan usaha berjualan minyak dan onderdil mobil.
Pupus sudah harapan Sukanto untuk
menjadi dokter. Iapun rela menerima suratan takdir. Dari situlah Sukanto
belajar apa itu hidup, belajar apa itu bisnis, termasuk belajar cara survive
dalam hidup walau sesulit apapun keadaannya. Menurut Sukanto, “Jika saya jadi
bersekolah kedokteran maka saya akan menjadi dokter, tetapi hidup tak selalu
seprti apa yang direncanakan.”
Mulai
Membangun Imperium Bisnis
Sukanto sadar bahwa jika ia ingin
maju, maka dirinya harus mau berhijrah ke kota. Maka Sukanto pun bertekad
pindah dari Belawan ke Medan yang lebih ramai penduduknya dan lebih menjanjikan
untuk suksesnya sebuah bisnis.
Di Medan, ia juga berjualan onderdil
mobil yang kemudian merubah usahanya menjadi General Contractor & Supplier.
Suatu hari, Sukanto didatangi oleh seseorang yang bernama Syam yang memintanya
untuk ikut bekerja sama untuk pekerjaan kontraktor. Sukanto yang kala itu masih
berumur 20 tahunan ya mau-mau saja ditawari hal seperti itu. Pekerjaannya
adalah membangun rumah, memasang AC, pipa, traktor, dan membuat lapangan golf
di Prapat, Pangkalan Brandan, Sumatra Utara. “Itu adalah technical school
saya,” jawabnya. Belakangan Sukanto tahu bahwa seseorang yang bernama Syam yang
menemuinya tempo hari adalah seorang pejabat Pertamina. “Waktu itu saya tidak
tahu kalau dia pejabat,” kenang Sukanto. Dalm mengerjakan proyek tersebut,
Sukanto sampai harus rela berplesiran hingga ke Sumbawa dan Lampung guna
mencari bahan bangunan.
Sukanto adalah tipe orang yang keras
dan taktis. Ia sangat pandai membaca peluang. Suatu waktu impor kayu lapis
menghilang dari pasaran. Tentu saja hal ini membuat pebisnis perumahan yang
sangat membutuhkan kayu tersebut menjadi susah. Sukanto pun melihatnya sebagai
peluang. Ia berfikir, mengapa Indonesia mengimpor kayu lapis padahal Indonesia
kan penghasil kayu terbesar se dunia. Sukanto lalu membuat perusahaan kayu di
Medan yang bernama CV Karya Pelita pada tahun 1972. Di saat orang belum melirik
bisnis ini, Sukanto telah masuk kedalamnya dan itu membuat dirinya menjadi
pioner dan tentu saja menjadi pemain utama di bisnis ini. “Saya itu pioner,”
katanya. Kayu lapis yang diberi merk Polyplex itupun laku keras di pasaran
bahkan di ekspor ke berbagai negara seperti Inggris dan Timur Tengah.
Dalam satu tahun, badan hukum
bisnisnya yang semula bernama CV Karya Pelita berubah menjadi PT Raja Garuda
Mas dengan dirinya sebagai direktur utama.
Dalam memenangkann kompetisi bisnis,
Sukanto memiliki jurus cerdas yaitu masuk dan menguasai sebelum orang lain
melirik. Kalau perlu melakukan edukasi pasar. Selain ia terapkann di bisnis
kayu lapis, ia juga menerapkan prinsip ini di bisnis kelapa sawit. Ketika itu
belum ada yang menjalankan bisis ini kecuali orang asing yang jumlahnya
segelitir saja. Sukanto pun lalu masuk dan menguasainya. Sukanto membuka
perkebunan kelapa sawit besar-besaran di Sumatra.
Sukses dengan kayu lapis dan kelapa
sawit, Sukanto pun lalu masuk dalam bisnis pulp, kertas dan rayon. Ia lalu
membuat PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang menghasilkann ketiga barang itu.
Sukanto juga menyediakan dan menjual bibit unggul pohon pembuat pulp untuk
kebutuhan domestik. Tak ada gading yang tak retak. Begitulah pepatah yang
pantas untuk mengungkapkan nasib Sukanto. Walaupun sebelumnya telah
berpengalaman dalam membesarkan bisnis namun ada saja batu sandungan dalam
hidupnya. PT IIU ditentang oleh masyarakat dan pemerhati lingkungan karena
dianggap sebagai penyebab rusaknya ekosistem danau Toba. Danau terbesar di Indonesia
tersebut mengalami pencemaran berat akibat limbah pulp. Iapun terpaksa menutup
bisnisnya ini.
Dari situ Sukanto memetik pelajaran
yang sangat berharga sekali untuk langkahnya kemudian. “Apa yang saya pelajari
dari situ lalu saya pakai di Riau,” ujarnya. Di Riau Sukanto mendirikan pabrik
pulp lagi yang bernama PT Riau Pulp. Ia juga membuka Hutan Tanaman Industri
yang mampu menghasilkan pulp hingga menjadi perusahaan penghasil pulp terbesar
se dunia. Itulah Sukanto, gagal di Danau Toba namun sukses besar di Riau.
Mengingat pengalaman legagalannya di
Danau Toba dulu, Sukanto sewaktu mendirikan pabrib pilp di Riau tak lupa juga
mendirikan Community development untuk penduduk setempat yaitu berupa pembinaan
bisnis seperti penggemukan sapi dan pertanian. “Saya tidak kasih ikan, tapi
saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan,” tuturnya. Selain itu Sukanto juga
melakukan pembangunan jalan di wilayah setempat. “Mimpi saya, kalau saya dapat
seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang,” katanya lagi.
Sukanto memang rajanya di bisnis perkebunan akan
tetapi ia tak puas diri hanya di area tersebut. Ia pun kemudian menjajal bisnis
perbankan yaitu dengan mengambil alih mayoritas saham United City Bank ketika
bank tersebut mengalami kesulitan finansial. Sukanto kemudian merubah nama bank
tersebut menjadi Unibank. Sukanto juga menjajal peruntungannya di bidang properti.
Ia membangun Uni Plaza, Thamrin Plaza di Medan.
Go
Internasional
Tak puas menguasai pasar dalam
negeri, Sukanto melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri. Ia menanamkan
uangnya di perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di
Mindanao, Filipina dan electro Magnetic di Singapura juga ikut memiliki pabrik
kertas di Cina. Namun pabrik kertas yang di Cina kemudian di jual untuk
memperbesar PT Riau pulp.
Agar lebih luas lagi cakupan bisnisnya di luar negeri,
maka mulai tahun 1997 Sukanto beserta keluarganya pindah untuk bermukim di
Singapura dan menempatkan pusat bisnisnya di sana juga. Tujuan utamanya,
menurut dia, “Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing,
paling tidak di arena Asia.” Sukanto adalah pebisnis Indonesia yang berhasil
menjadi investor di 10 negara di dunia.
Menulis Buku
Membagi Ilmu
Selain bisnis, ia juga menulis
buku-buku tentang bisnis. Segala ilmunya mengenai perbisnisan ia tuangkan dalam
buku-bukunya. Seperti Bagaimana Enterpreneur Menghadapi Krisis. “Yang mau saya
lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu survive, pada
First World War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu melewati
krisis 1930. Bagaimana pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim,
ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari
bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil,”
tuturnya. “Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru,”
katanya lagi.
Hobinya membaca juga tetap tak
ditinggalkannya. Buku apapun itu baik bisnis atau non bisnis ia lahap. “Setiap
saya pergi, saya bawa buku,” katanya. “Kalau naik travel, kalau tidak tidur,
ya, baca,” katanya lagi. Bagi Sukanto dengan membaca ia bis amengupdate
wawasannya yang sangat berguna bagi dia untuk menentukan strategi bisnis serta
kegiatan sosialnya sehari-hari.
Sukanto yang menguasai bahasa Inggris dan Cina ini
sangat senang belajar. Sukanto selalu meluangkan waktu untuk mengikuti berbagai
kuliah kilat seperti mengikuti kursus di Insead, Paris, di MIT, di samping
tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan Pemibinaan Manajemen, Jakarta.
Sukanto pun tak segan mengambil cuti dua atau tiga minggu hanya untuk pergi ke
Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk meng-update pengetahuan.
Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program, Amerika, selama enam
bulan, untuk belajar dotcom.
Kunci Sukses
“Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi,”
katanya.
“Kalau di bisnis, kunci sukses saya:
think, act, learn, baca, dengar, lihat,” katanya. “Kedua, kalau saya tidak
tahu, saya tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan kegagalan saya,”
ujarnya lagi.
Selain itu, pegangannya: do the
right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan sebagai suatu
pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan terhadap
pentingnya suatu action. “Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur,”
ujar pengagum pengusaha plastik dari Taiwan, Wai-Sze Wang, ini. “Tidak ada
proteksi. Bisnis, ya, bisnis,” katanya.
Menurut Sukanto, bisnis adalah
mengembangkan sumber daya dengan seoptimal mungkin dann bertanggung jawab untuk
kehidupan yang lebih baik. Prinsip yang ia tekankan adalah “Continous
Improvement.” Inovasi dan improvisasi yang terus menerus dengan mengembangkan
produktivitas, dengan. Waktu yang lebih cepat, kualitas lebih tinggi dengan
biaya yang lebih rendah.
Selain itu Sukanto juga sangat
menekankan "Hand on/down to earh" dimana sikap adalah tindakan nyata
kita. "Janganlah menghabiskan waktu sia-sia, lakukan dengan selalu
mendengarkan serta terlibat di dalamnya", ujarnya pada Tionghoanews.con.
Integrity, yaitu menjungjung tinggi nilai kejujuran dan accountability.
Teamwork, bergerak maju sebagai sebuah tim yang saling melengkapi untuk ke arah
kemajuan bersama sesuai dengan tujuan awal. Selanjutnya adalah memaknai people,
planet, profit, yakni apapun usaha yang dilakukan, pertama adalah untuk
memakmurkan masyarakat, untuk kelestarian dunia dan juga tidak terlepas pada
laba yang akan diperoleh.
Bagi Sukanto Tanoto bisnis itu harus
yang berkaitan dengan kehidupan, seperti pohon. Apa yang dibutuhkan pohon yakni
berupa H2O dan CO2, sebgai output-nya O2. Artinya bisnis itu harus menghasilkan
sesuatu yang berharga bagi manusia banyak.
Kegiatan Pilantropi
Sukanto
Tanoto menyadari pentingnya program-program tanggung jawab sosial perusahaan
dijalankan di wilayah perusahaan beroperasi. Melalui Riau Andalan Pulp &
Paper (RAPP), Sukanto Tanoto membangun sekolah-sekolah, mendirikan program
pertanian terpadu yang mengajarkan masyarakat desa untuk menjalankan praktik
pertanian alternatif dan tidak lagi melakukan praktik penebangan dan pembakaran
lahan. Selain itu, perusahaan menyampaikan laporan program pembangunan
berkelanjutan kepada lembaga swadaya masyarkat, seperti kepada WWF, setelah lembaga tersebut menyampaikan masukan tentang
konservasi hutan di Riau.
Sukanto Tanoto juga mendirikan
Tanoto Foundation, yang memberikan penghargaan professorship awards. Di tahun
2007, award senilai 130 ribu dolar diberikan kepada dua peneliti Indonesia
untuk melakukan penelitian teknologi yang memiliki kewajiban sosial.
Tanoto Foundation (TF) menyumbang
pembangunan perpustakaan INSEAD di Singapura pada 2005,
yang kemudian diberinama Tanoto Library. TF juga mendanai program professor di
bidang metabolisma dan endokrinologi di Duke-NUS Graduate Medical School di Singapura dan
merupakan donor regular bagi Carnegie Mellon, untuk mendanai Tanoto Professor of
Electrical and Computer Engineering.
Profil
Sukanto Tanoto
Nama: Sukanto Tanoto
Nama Asli: Tan Kang Hoo
Lahir: Belawan, 25 Desember 1949
Agama: Budha
Isteri: Tinah Bingei Tanoto
Anak: Empat orang
Nama Asli: Tan Kang Hoo
Lahir: Belawan, 25 Desember 1949
Agama: Budha
Isteri: Tinah Bingei Tanoto
Anak: Empat orang
Pendidikan:
- SD di Belawan (1960)
- SMP di Medan (1963)
- SMA di Medan (1966)
- Indonesia Executive Management Program, Insead, Prancis (1980)
- Harvard Business School, AS (1982)
- Wharton Fellows Program (2001)
- SD di Belawan (1960)
- SMP di Medan (1963)
- SMA di Medan (1966)
- Indonesia Executive Management Program, Insead, Prancis (1980)
- Harvard Business School, AS (1982)
- Wharton Fellows Program (2001)
Karir:
- Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968)
- Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972)
- Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973)
- Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976)
- Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979)
- Dirut PT Gunung Melayu (1980)
- Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980)
- Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985)
- Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 – sekarang)
- Chairman & CEO Raja Garuda Mas International (sekarang)
- Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968)
- Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972)
- Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973)
- Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976)
- Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979)
- Dirut PT Gunung Melayu (1980)
- Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980)
- Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985)
- Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 – sekarang)
- Chairman & CEO Raja Garuda Mas International (sekarang)
Perusahaan
di LN dan Di Indonesia:
Raja Garuda Mas International
Pacific Oil & Gas Minyak, gas dan pembangkit listrik.
Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (fiber, bubur kertas dan kertas)
PT Riau Andalan Pulp and Paper
PT Riau Andalan Kertas
PT Riau Prima Energi
Asian Agri (agroindustri)
PT Hari Sawit Jaya
PT Inti Indosawit Subur
PT Dasa Anugerah Sejati
PT Raja Garuda Mas Sejati
PT Saudara Sejati Luhur
PT Gunung Melayu
PEC Tech Rekayasa, pengadaan barang, konstruksi dan jasa barang.
Sateri Rayon dan bubur kertas untuk keperluan khusus.
National Development Coporation Guthrie di Filipina
Electro Magnetic di Singapura
Pabrik Kertas di China
Raja Garuda Mas International
Pacific Oil & Gas Minyak, gas dan pembangkit listrik.
Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (fiber, bubur kertas dan kertas)
PT Riau Andalan Pulp and Paper
PT Riau Andalan Kertas
PT Riau Prima Energi
Asian Agri (agroindustri)
PT Hari Sawit Jaya
PT Inti Indosawit Subur
PT Dasa Anugerah Sejati
PT Raja Garuda Mas Sejati
PT Saudara Sejati Luhur
PT Gunung Melayu
PEC Tech Rekayasa, pengadaan barang, konstruksi dan jasa barang.
Sateri Rayon dan bubur kertas untuk keperluan khusus.
National Development Coporation Guthrie di Filipina
Electro Magnetic di Singapura
Pabrik Kertas di China
Organisasi
-Anggota Young Presiden’s Organization (YPO)
- Anggota Mercantile Club
- Anggota Hilton Executive Club
- Anggota Indonesia Financial Executive Association (IFEA)
- Anggota Canadian Pulp & Paper Association (CPPA)
- Anggota World Presidents Organization (WPO)
- Anggota Chief Executive Organization
- Prince of Wales Business Leaders Forum
-Anggota Young Presiden’s Organization (YPO)
- Anggota Mercantile Club
- Anggota Hilton Executive Club
- Anggota Indonesia Financial Executive Association (IFEA)
- Anggota Canadian Pulp & Paper Association (CPPA)
- Anggota World Presidents Organization (WPO)
- Anggota Chief Executive Organization
- Prince of Wales Business Leaders Forum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar