PENANGANAN PASCAPANEN
BUNGA POTONG KRISAN
DISUSUN OLEH:
RIZAL
PILTRANS SILABAN
(11710001)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI DAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia dengan dengan iklim tropis
memiliki kekayaan alam yang sangat tidak ternilai harganya dan merupakan tempat
yang banyak sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, salah satunya adalah
bunga potong. Setiap jenis tanaman berbunga, baik berbunga besar, kecil,
berbentuk anaeh maupun tidak aneh, berwarna cerah maupun sayu, semuanya dapat
dipotong oleh siapa saja yang tertarik dengan keindahanya. Ragam jenis bunga
dapat memberi kebahagiaan lahir dan batin, penenang pikiran, serta pembuat
kesibukan bagi pemiliknya. Masyarakat Indonesia saat ini sudah cukur banyak
menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaannya. Bunga juga dipakai untuk
menyatakan rasa turut gembira, sedih, dan berduka cita. Bahkan untuk masyarakat
kelas menengah keatas, bunga dapat dijadikan simbol status sosial seseorang
(Harry,1994).
Tim Direktorat Bina Produksi
Hortikultura dalam Widyawan dan Prahastuti (1994) mencatat pendapat para petani
bunga di Jakarta yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai nilai
komersial di Indonesia antara lain: bermacam-macam anggrek, krisan (seruni),
mawar, anyelir, anthurium, gladiol, gerbera, amaryllis, sedap malam, aster, dan
melati. Peningkatan nilai estetis dan ekonomis sangat diperlukan untuk menjaga
keindahan alam dan menjaga kesenangan para penyuka bunga potong, sehingga akan
terus dapat ditingkatkan jumlah konsumen bunga.
Bunga krisan (Chrysanthymum
morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia,
karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias
disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah
dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3
minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga
mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan (Effendi dan
Marwoto, 2003).
Perlakuan terhadap bunga potong ini
antara lain adalah perlakuan pada saat sebelum panen yang antara lain seperti greenhouse,
sistem irigasi, pemberian nutrisi yang tepat, pencahayaan dan lain-lain.
Perlakuan setelah panen atau pasca panen antara lain adalah pemotongan tangkai
bunga, pendinginan atau penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya.
Bunga
krisan adalah bunga prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena variasi
tipe dan warna yang sangat banyak, dan nilai ekonomis yang baik sehingga banyak
diminati masyarakat.
Permintaan
krisan domestik cukup tinggi di hari-hari besar keagamaan, hari valentine, hari
ibu, dan hari-hari besar nasional lainnya.
Krisan sebagai bunga potong yang baik bila : 1) Berwarna indah, mulus,
bersih, tidak bernoda; 2) Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3)
Tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) Bunga tidak mudah rusak dalam
pengepakan; 5) Daun berwarna hijau dan segar; dan 6) Bebas Organisme Pengganggu
Tumbuhan (IPTEKNET, 2006).
Untuk
mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan karena layu, patah batang atau
tangkai bunga, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus
pada penanganan pascapanennya agar produk yang dihasilkan mempunyai shelf-life
(umur simpan) dan vase-life (umur kesegaran) yang cukup panjang.
Penanganan
pascapanen merupakan suatu kegiatan perlakuan terhadap bunga setelah panen
sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca panen pada krisan
dilakukan untuk : 1) Memperkecil respirasi, 2) Memperkecil transpirasi, 3)
Mencegah infeksi atau luka, 4) Menjaga performance, 5) Meningkatkan daya saing.
Penanganan
pascapanen yang baik dan benar pada krisan sebagai upaya menuju Standar
Nasional Indonesia (SNI), sehingga mampu bersaing di pasar domestik maupun
internasional.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi penanganan pasca panen pada bunga potong krisan adalah
sebagai berikut:
§ Kematangan Bunga
(Flower Maturity)
§ Persediaan bahan
makanan
§ Temperatur
§ Persediaan air dan
kualitas air
§ Ethylene
§ Kerusakan mekanis
§ Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)
1.2 Klasifikasi
dan Karakteristik
Adapun klasifikasi tanaman bunga
krisan adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas
: Dicotiledonae
Ordo
: Asterales
Famili :
Asteraceae
Genus
:
Crhysantemum
Spesies
: Crhysantemum morifolium
Ramat, Crhysantemum indicium, Crhysantemum
roseum, Crhysantemum
maximum, Crhysantemum coccineum, dan lain-lain.
Adapun karakteristik tanaman bunga
krisan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Batang,
Batang tanaman krisan tumbuk tegak,
berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang
menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.
1.2.2 Akar
Perakaran tanaman krisan dapat menyebar kesemua arah pada
kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh
lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan
berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
1.2.3 Bunga
Bunga
krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan)
berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu
jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat
10 sampai 20 kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu
tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Selain itu
kalangan floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima macam
(golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar (BPTP Bunga Krisan, 2010).
BAB
II
ISI
2.1 Panen
Bunga Potong Krisan
Tanaman krisan berbunga 3 bulan – 4 bulan setelah pindah
tanam, tergantung pada varietas atau kultivar tanaman krisan tersebut. Pada
krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga
telah ½ mekar atau 3 hari – 4 hari sebelum mekar penuh. Untuk krisan jenis
spray dapat dipanen dila 75% - 80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai
telah mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Sebelum dipanen, tanah disekitar tanaman disiram air dulu,
agar bunga tetap segar.Kemudian tanaman dicabut dengan akarnya, lalu bagian
pangkalnya dipotong dg gunting.Keterlambatan panen menyebabkan mutu bunga
turun.Saat tanaman dipanen, sekaligus dipilah atau digrading.
Keadaan bunga siap panen adalah bunga telah mencapai ukuran
penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota bunga terbuka 450
terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat (Hasim dan Resa, 1995).
Sarwono (1992) melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga
mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00-08.00. Walupun demikian
pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00-17.00. Karena pada jam tersebut
penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada
penguapanya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman
sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga
terhadap kelayuan menjadi rendah (Budiarto, Maaswinkel dan Wuryaningsih, 2006).
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari, dimana
pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor optimum. Cara
panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen, kemudian
dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan
menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan
hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman
(BAPPENAS, 2008).
2.2 Tahapan
Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan
Adapun skema tahapan penanganan
pasca panen bunga potong krisan dapat dilihat dibawah ini:
PEMBUNGKUSAN
|
PENGIKATAN/PENGELOMPOKAN
BUNGA (BUNCHING)
|
SORTASI DAN SELEKSI
KUALITAS
|
PEMANENAN
|
PENGUMPULAN BUNGA
YANG TELAH DIPOTONG
|
PENGANGKUTAN KE
TEMPAT SORTASI
|
PERENDAMAN DENGAN
LARUTAN SEBAGAI PENGAWET
|
PENYIMPANAN
|
PENGEPAKAN
|
FUMIGASI
|
PENANGANAN ECERAN
|
PENGIRIMAN KE
TEMPAT PENJUALAN (DISTRIBUSI)
|
2.3 Penanganan Panen Bunga Potong Krisan
2.3.1 Pemanenan
Waktu panen yang paling baik adalah
pagi hari (06.00-08.00) atau sore hari. Akan tetapi bunga yang telah dipotong
sebaiknya direndam di dalam larutan gula (glukosa), agar bunga tidak cepat
layu.
2.3.2 Pengumpulan Bunga yang Telah Dipotong
Bunga Krisan yang telah dipotong
langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga), segera disimpan di tempat
yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga
bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga krisan.
2.3.3 Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga
krisan diangkut ke tempat sortasi untuk diseleksi. Di tempat sortasi, sebaiknya
pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga
tidak cepat layu.
2.4 Penanganan Pasca Panen Bunga Potong
Krisan
2.4.1 Seleksi Kualitas
Bunga krisan hasil panen diletakkan
di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa satu
persatu untuk melihat tingkat kemekaran bunga, panjang-pendek, lurus-bengkok,
besar-kecil, dan tegar-lemas (vigor), serta kebersihan daun.
2.4.2 Pengelompokan (Gradding) dan Pengikatan Bunga (Bunching)
Krisan yang telah diseleksi
dilakukan pengikatan (grading) kemudian diikat dengan menggunakan tali atau
karet dalam jumlah tertentu.
Dalam
menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
·
Panjang tangkai
·
Diameter batang bunga
·
Diameter bunga saat dipanen
·
Kemekaran bunga saat dipanen
·
Jumlah bunga mekar dalam batang
·
Kesegaran bunga
·
Keadaan tangkai bunga
·
Keseragaman kultivar
·
Keadaan daun 1/3 bagian
·
Keadaan daun 2/3 bagian
·
Hama dan penyakit
·
Kelenturan
·
Jumlah dalam kemasan
·
Bentuk rangkaian dalam kemasan
·
Pembungkus
·
Pengikat
·
Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya
dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga
yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada
saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai
berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar
atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit
seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk
kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang
minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama
penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal
dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol
tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus
lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I
dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi
tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II. Pada saat panen, bunga langsung dilakukan
pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama
gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter
bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya
minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang
berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian
sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik
jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga,
dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati
pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1. Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar
bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar
bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar
bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar
bunga
2. Tingkat perubahan warna bunga:
0 = Sesuai deskripsi varietas
1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3. Kondisi bunga:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
4. Tingkat perubahan warna daun:
0 = Hijau
1 = Menguning 0 - 25 %
2 = Menguning 25 - 50 %
3 = Menguning 50 - 75 %
4 = Menguning > 75 %
5. Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
2.4.3 Pembungkusan
Setelah diikat bunga kemudian
dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus, hal ini bertujuan untuk
menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan sehingga kualitas bunga tetap
terjaga.
2.4.4 Perendaman
dengan Larutan Pengawet
Zat pengawet digunakan pada empat
macam tahapan yaitu: conditioning, pulsing, holding,dan pembukaan kuncup:
·
Conditioning : perlakuan pemberian air pada bunga yang layu
dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung larutan pembasmi
kuman. Agen pembasah (0.01–0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan
dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium sulfat pada
pH mendekati 3.5.
·
Pulsing : perlakuan perendaman dalam larutan yang mengandung
nutrisi (glukosa atau sukrosa) atau anti oksidan.
·
Holding solution : larutan yang digunakan untuk keragaan
bunga.
·
Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber
energi, bahan penurun pH, senyawa anti etilen dan zat sebagai pengatur tumbuh.
Sumber energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, glukosa atau fruktosa.
2.4.5 Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan
untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) yaitu di
suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih.
Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama
bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan
temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.
2.4.6 Pengepakan
Untuk pengiriman ke tempat
penjualan, bunga krisan harus dikemas dalam karton atau kontainer plastik yang
berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi
dan tetap terjaga kualitasnya. Dalam satu karton berukuran 100 x 40 x 40 cm
dapat diisi dengan 25 bungkus krisan @ 10 tangkai. Pada karton berukuran 88 x
40 x 40 cm diisi 30-35 bungkus @ 10 tangkai. Pada bidang yang berukuran 40 x 40
cm diberi lubang-lubang sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi
udara. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah penentuan alat
angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan
pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat dipilih alat angkut yang
dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%.
Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak
longgar, dalam bak atau box alat angkut.
2.4.7 Fumigasi
Fumigasi dilakukan pada krisan
tujuan ekspor (bila dipersyaratkan). Fumigasi harus dilakukan secara tepat
karena akan mengganggu vase life
2.4.8 Pengiriman
Pengiriman bunga krisan dengan mobil
boks yang sebaiknya dilengkapi dengan pengatur suhu. Selama perjalanan,
temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur
sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima
konsumen dalam keadaan baik.
2.4.9 Penanganan Eceran
Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada
pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera di ruang
berpendingin. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut
diletakkan pada ember yang bersih atau vas berisi bahan pengawet.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat
dipaparkan dari penangan pascapanen bunga potong krisan dari mulai panen hingga
penanganan eceran bunga potong krisan adalah sebagai berikut:
§ Waktu panen yang paling baik adalah
pada pagi hari yaitu 06.00-08.00 pagi, dimana pada suhu udara tidak terlalu
tinggi dan saat tekanan turgor optimum.
§ Cara panen bunga krisan yaitu dengan
menentukan tanaman siap panen, kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan
gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang
setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada
jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
§ Ada 12 tahap yang harus dilakukan
dalam penanganan pascapanen bunga potong krisan yaitu: panen, pengumpulan bunga
yang telah dipotong, pengangkutan ke tempat sortasi, sortasi dan seleksi
kualitas, pengikatan/pengelompokan bunga (bunching),
pembungkusan, perendaman dengan larutan sebagai pengawet, penyimpanan,
pengepakan, fumigasi, pengiriman ke tempat eceran, dan penanganan eceran.
§ Untuk mendapatkan bunga potong
krisan dalam kondisi baik dan tahan lama dalam penyimpanan maupun dalam proses
pengeceran serta hingga kepada konsumen, maka sebaiknya bunga harus diberi
perlakuan perendaman dengan larutan sebagai bahan pengawet seperti
conditioning, pulsing, holding solution, dan lain-lain.
3.2 Saran
Adapun saran yang bias dipaparkan
pada penanganan pascapanen bunga potong krisan adalah sebagai berikut:
§ Sebaiknya waktu panen bunga potong
krisan tidak lewat dari jam 08.00 supaya bunga potong krisan yang dihasilkan
lebih tahan lama.
§ Cara panen tanaman bunga krisan
sebaiknya harus sudah memenuhi kriteria panen yang telah ditentukan.
§ Dalam penangan pascapanen bunga
potong krisan sebaiknya dilakukan tahap per tahap dengan baik hingga sampai
kepada ke pengecer bunga hias supaya nilai jual sampai ke konsumen tetap
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. 2008. Krisan. (On line), Dalam http://www.warintek.progession.or.id/, diakses 12
juni 2014.
BPTP. Bunga Krisan. (On line), Dalam http://www.Balai
PengkajianTeknologi Pertanian Jawa Timur - Bunga Krisan.htm. diakses tanggal 12 juni 2014.
Budiarto, K.,Y. Sulyo, R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih. 2006. Budidaya
krisan bunga potong: Prosedur sistem produksi. Jakarta. Puslitbanghorti. 60
hal. ISBN : 979-8842-20-0.
Effendi, K. dan B. Marwoto. 2003. Pola Night Break
untuk Efisiensi Energi Listrik pada Usaha Krisan. Dalam: http://pustaka.bogor.jaring/_penegak (On line), diakses 14 Juni 2014.
Harry, N. R. 1994. Usaha Tani Bunga Potong. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Hasim, I. dan M. Reza.1995. Krisan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rukmana, H.R. dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan.
Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B. 1992. Mempertahankan Kesegaran Bunga Potong. Trubus,23
(267) p.34-35.
Soekarwati. 1999. Manajemen Agribisnis Bunga Potong.
UI-PRESS. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar