MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Minggu, 10 Mei 2015

PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG KRISAN BY SILABAN, R.P



PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG KRISAN


DISUSUN OLEH:
RIZAL PILTRANS SILABAN     
(11710001)




PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI DAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014





BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Indonesia dengan dengan iklim tropis memiliki kekayaan alam yang sangat tidak ternilai harganya dan merupakan tempat yang banyak sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, salah satunya adalah bunga potong. Setiap jenis tanaman berbunga, baik berbunga besar, kecil, berbentuk anaeh maupun tidak aneh, berwarna cerah maupun sayu, semuanya dapat dipotong oleh siapa saja yang tertarik dengan keindahanya. Ragam jenis bunga dapat memberi kebahagiaan lahir dan batin, penenang pikiran, serta pembuat kesibukan bagi pemiliknya. Masyarakat Indonesia saat ini sudah cukur banyak menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaannya. Bunga juga dipakai untuk menyatakan rasa turut gembira, sedih, dan berduka cita. Bahkan untuk masyarakat kelas menengah keatas, bunga dapat dijadikan simbol status sosial seseorang (Harry,1994).
Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura dalam Widyawan dan Prahastuti (1994) mencatat pendapat para petani bunga di Jakarta yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai nilai komersial di Indonesia antara lain: bermacam-macam anggrek, krisan (seruni), mawar, anyelir, anthurium, gladiol, gerbera, amaryllis, sedap malam, aster, dan melati. Peningkatan nilai estetis dan ekonomis sangat diperlukan untuk menjaga keindahan alam dan menjaga kesenangan para penyuka bunga potong, sehingga akan terus dapat ditingkatkan jumlah konsumen bunga.
Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia, karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3 minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan (Effendi dan Marwoto, 2003).
Perlakuan terhadap bunga potong ini antara lain adalah perlakuan pada saat sebelum panen yang antara lain seperti greenhouse, sistem irigasi, pemberian nutrisi yang tepat, pencahayaan dan lain-lain. Perlakuan setelah panen atau pasca panen antara lain adalah pemotongan tangkai bunga, pendinginan atau penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya.
Bunga krisan adalah bunga prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena variasi tipe dan warna yang sangat banyak, dan nilai ekonomis yang baik sehingga banyak diminati masyarakat.
Permintaan krisan domestik cukup tinggi di hari-hari besar keagamaan, hari valentine, hari ibu, dan hari-hari besar nasional lainnya.  Krisan sebagai bunga potong yang baik bila : 1) Berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda; 2) Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) Tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) Bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan; 5) Daun berwarna hijau dan segar; dan 6) Bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan (IPTEKNET, 2006).
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan karena layu, patah batang atau tangkai bunga, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pascapanennya agar produk yang dihasilkan mempunyai shelf-life (umur simpan) dan vase-life (umur kesegaran) yang cukup panjang.
Penanganan pascapanen merupakan suatu kegiatan perlakuan terhadap bunga setelah panen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca panen pada krisan dilakukan untuk : 1) Memperkecil respirasi, 2) Memperkecil transpirasi, 3) Mencegah infeksi atau luka, 4) Menjaga performance, 5) Meningkatkan daya saing.
Penanganan pascapanen yang baik dan benar pada krisan sebagai upaya menuju Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen pada bunga potong krisan adalah sebagai berikut:           
§  Kematangan Bunga (Flower Maturity)
§  Persediaan bahan makanan
§  Temperatur
§  Persediaan air dan kualitas air
§  Ethylene
§  Kerusakan mekanis
§  Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
1.2       Klasifikasi dan Karakteristik
            Adapun klasifikasi tanaman bunga krisan adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Klas                 : Dicotiledonae
Ordo                : Asterales
Famili             : Asteraceae
Genus             : Crhysantemum
Spesies            : Crhysantemum morifolium Ramat, Crhysantemum indicium, Crhysantemum               roseum, Crhysantemum maximum, Crhysantemum coccineum, dan lain-lain.
            Adapun karakteristik tanaman bunga krisan adalah sebagai berikut:
1.2.1    Batang,
Batang tanaman krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.
1.2.2        Akar
Perakaran tanaman krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
1.2.3    Bunga
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20 kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Selain itu kalangan floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima macam (golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar (BPTP Bunga Krisan, 2010).







BAB II
ISI
2.1       Panen Bunga Potong Krisan
Tanaman krisan berbunga 3 bulan – 4 bulan setelah pindah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar tanaman krisan tersebut. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga telah ½ mekar atau 3 hari – 4 hari sebelum mekar penuh. Untuk krisan jenis spray dapat dipanen dila 75% - 80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Sebelum dipanen, tanah disekitar tanaman disiram air dulu, agar bunga tetap segar.Kemudian tanaman dicabut dengan akarnya, lalu bagian pangkalnya dipotong dg gunting.Keterlambatan panen menyebabkan mutu bunga turun.Saat tanaman dipanen, sekaligus dipilah atau digrading.
Keadaan bunga siap panen adalah bunga telah mencapai ukuran penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota bunga terbuka 450 terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat (Hasim dan Resa, 1995). Sarwono (1992) melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00-08.00. Walupun demikian pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00-17.00. Karena pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada penguapanya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah (Budiarto, Maaswinkel dan Wuryaningsih, 2006).
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari, dimana pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor optimum. Cara panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen, kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman (BAPPENAS, 2008).




2.2       Tahapan Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan
            Adapun skema tahapan penanganan pasca panen bunga potong krisan dapat dilihat dibawah ini:
PEMBUNGKUSAN
PENGIKATAN/PENGELOMPOKAN BUNGA (BUNCHING)
SORTASI DAN SELEKSI KUALITAS
PEMANENAN
PENGUMPULAN BUNGA YANG TELAH DIPOTONG
PENGANGKUTAN KE TEMPAT SORTASI
PERENDAMAN DENGAN LARUTAN SEBAGAI PENGAWET
 
















PENYIMPANAN
 


PENGEPAKAN
 

FUMIGASI

PENANGANAN ECERAN
PENGIRIMAN KE TEMPAT PENJUALAN (DISTRIBUSI)
 








2.3       Penanganan Panen Bunga Potong Krisan
2.3.1    Pemanenan
Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari (06.00-08.00) atau sore hari. Akan tetapi bunga yang telah dipotong sebaiknya direndam di dalam larutan gula (glukosa), agar bunga tidak cepat layu.
2.3.2    Pengumpulan Bunga yang Telah Dipotong
Bunga Krisan yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga), segera disimpan di tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga krisan.
2.3.3    Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga krisan diangkut ke tempat sortasi untuk diseleksi. Di tempat sortasi, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
2.4       Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan
2.4.1    Seleksi Kualitas
Bunga krisan hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa satu persatu untuk melihat tingkat kemekaran bunga, panjang-pendek, lurus-bengkok, besar-kecil, dan tegar-lemas (vigor), serta kebersihan daun.
2.4.2        Pengelompokan (Gradding) dan Pengikatan Bunga (Bunching)
Krisan yang telah diseleksi dilakukan pengikatan (grading) kemudian diikat dengan menggunakan tali atau karet dalam jumlah tertentu.
Dalam menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
·                  Panjang tangkai
·                  Diameter batang bunga
·                  Diameter bunga saat dipanen
·                  Kemekaran bunga saat dipanen
·                  Jumlah bunga mekar dalam batang
·                  Kesegaran bunga
·                  Keadaan tangkai bunga
·                  Keseragaman kultivar
·                  Keadaan daun 1/3 bagian
·                  Keadaan daun 2/3 bagian
·                  Hama dan penyakit
·                  Kelenturan
·                  Jumlah dalam kemasan
·                  Bentuk rangkaian dalam kemasan
·                  Pembungkus
·                  Pengikat
·                  Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.  Pada saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1.   Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2.  Tingkat perubahan warna bunga:
    0 = Sesuai deskripsi varietas
    1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
    2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
    3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
    4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3.  Kondisi bunga:
    0 = Segar
    1 = Layu
    2 = Kering 0 - 25 %
    3 = Kering 25 - 50 %
    4 = Kering 50 - 75 %
    5 = Kering > 75 %
4.  Tingkat perubahan warna daun:
    0 = Hijau
    1 = Menguning 0 - 25 %
    2 = Menguning 25 - 50 %
    3 = Menguning 50 - 75 %
    4 = Menguning > 75 %             
5. Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
2.4.3        Pembungkusan
Setelah diikat bunga kemudian dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus, hal ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan sehingga kualitas bunga tetap terjaga.
2.4.4    Perendaman dengan Larutan Pengawet
Zat pengawet digunakan pada empat macam tahapan yaitu: conditioning, pulsing, holding,dan pembukaan kuncup:
·         Conditioning : perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung larutan pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01–0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH mendekati 3.5.
·         Pulsing : perlakuan perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau sukrosa) atau anti oksidan.
·         Holding solution : larutan yang digunakan untuk keragaan bunga.
·         Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH, senyawa anti etilen dan zat sebagai pengatur tumbuh. Sumber energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, glukosa atau fruktosa.
2.4.5    Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) yaitu di suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.
2.4.6    Pengepakan
Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga krisan harus dikemas dalam karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Dalam satu karton berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus krisan @ 10 tangkai. Pada karton berukuran 88 x 40 x 40 cm diisi 30-35 bungkus @ 10 tangkai. Pada bidang yang berukuran 40 x 40 cm diberi lubang-lubang sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
2.4.7    Fumigasi
Fumigasi dilakukan pada krisan tujuan ekspor (bila dipersyaratkan). Fumigasi harus dilakukan secara tepat karena akan mengganggu vase life
2.4.8    Pengiriman
Pengiriman bunga krisan dengan mobil boks yang sebaiknya dilengkapi dengan pengatur suhu. Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik.


2.4.9    Penanganan Eceran
Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera di ruang berpendingin. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau vas berisi bahan pengawet.



















BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat dipaparkan dari penangan pascapanen bunga potong krisan  dari mulai panen hingga penanganan eceran bunga potong krisan adalah sebagai berikut:
§  Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari yaitu 06.00-08.00 pagi, dimana pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor optimum.
§  Cara panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen, kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
§  Ada 12 tahap yang harus dilakukan dalam penanganan pascapanen bunga potong krisan yaitu: panen, pengumpulan bunga yang telah dipotong, pengangkutan ke tempat sortasi, sortasi dan seleksi kualitas, pengikatan/pengelompokan bunga (bunching), pembungkusan, perendaman dengan larutan sebagai pengawet, penyimpanan, pengepakan, fumigasi, pengiriman ke tempat eceran, dan penanganan eceran.
§  Untuk mendapatkan bunga potong krisan dalam kondisi baik dan tahan lama dalam penyimpanan maupun dalam proses pengeceran serta hingga kepada konsumen, maka sebaiknya bunga harus diberi perlakuan perendaman dengan larutan sebagai bahan pengawet seperti conditioning, pulsing, holding solution, dan lain-lain.
3.2       Saran
            Adapun saran yang bias dipaparkan pada penanganan pascapanen bunga potong krisan adalah sebagai berikut:
§  Sebaiknya waktu panen bunga potong krisan tidak lewat dari jam 08.00 supaya bunga potong krisan yang dihasilkan lebih tahan lama.
§  Cara panen tanaman bunga krisan sebaiknya harus sudah memenuhi kriteria panen yang telah ditentukan.
§  Dalam penangan pascapanen bunga potong krisan sebaiknya dilakukan tahap per tahap dengan baik hingga sampai kepada ke pengecer bunga hias supaya nilai jual sampai ke konsumen tetap tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. 2008. Krisan. (On line), Dalam http://www.warintek.progession.or.id/, diakses 12 juni 2014.
BPTP. Bunga Krisan. (On line), Dalam http://www.Balai PengkajianTeknologi Pertanian Jawa Timur - Bunga Krisan.htm. diakses tanggal 12 juni 2014.
Budiarto, K.,Y. Sulyo, R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih. 2006. Budidaya krisan bunga potong: Prosedur sistem produksi. Jakarta. Puslitbanghorti. 60 hal. ISBN : 979-8842-20-0.
Effendi, K. dan B. Marwoto. 2003. Pola Night Break untuk Efisiensi Energi Listrik pada Usaha Krisan. Dalam: http://pustaka.bogor.jaring/_penegak (On line), diakses 14 Juni 2014.
Harry, N. R. 1994. Usaha Tani Bunga Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Hasim, I. dan M. Reza.1995. Krisan. Penebar Swadaya. Jakarta.
IPTEKNET, 2006. (On line) http://www.ipteknet.progession.or.id/,  diakses 15 juni 2014.
Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, H.R. dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B. 1992. Mempertahankan Kesegaran Bunga Potong. Trubus,23 (267) p.34-35.
Soekarwati. 1999. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. UI-PRESS. Jakarta.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar